TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana pergantian kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dari Sutiyoso kepada Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan dinilai malah akan memperkeruh suasana di internal BIN sendiri.

Apalagi hingga kini kinerja Sutiyoso tak ada cela untuk melengserkannya dari jabatan Kepala BIN.

"Wacana pergantian kepala BIN apakah itu sebagai kebutuhan atau hanya bagian dari akomodasi? Kinerja BIN saat ini masih dalam trackrecord yang benar dibawah kepemimpinan pak Sutiyoso," ujar Pengamat Politik dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Sunanto kepada Tribunnews, Selasa (21/6/2016).

Bila bercermin pada pengalaman lalu, saat komando BIN dipegang dari Kepolisian seperti masa mantan Kapolri Sutanto, dia menilai alih jabatan ini akan sangat riskan dan bisa menimbulkan gejolak di internal BIN.

"Sangat riskan kalau kepala BIN diduduki oleh kepolisian. Pergantian kepala BIN akan memperkeruh suasana apalagi yang akan mengganti adalah koprs Bhayangkara selalu menimbulkan risistensi di kalangan militer,"  katanya.

Karena itu, jika benar wacana pergantian pejabat kepala BIN dari Sutiyoso ke Budi Gunawan, dia meminta itu dipikirkan ulang.

Sutanto

Sekedar mengingatkan sebelumnya mantan Kapolri Sutanto hanya menjabat dua tahun menjadi komando Badan Intelijen Negara (BIN).

Dia dicopot Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 19 Oktober 2011 lalu, bersamaan dengan perombakan kabinet.

Saat itu Sutanto dinilai tidak berhasil memimpin agen-agen intelijen berlatar belakang TNI, sehingga muncul ketidakkompakan dengan agen dari kalangan Polri di dalam internal BIN.

Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengungkapkan, dirinya mendapatkan rumor di lingkungan DPR dan istana negara, bahwa BG akan dipersiapkan sebagai kepala BIN, menggantikan Sutiyoso.

"Rumornya akan dipromosikan Bang Yos saat jadi kepala BIN," ungkapnya di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/6/2016).

Namun demikian, rumor belum dapat dipastikan kebenarannya, karena kewenangan pengangkatan kepala BIN ada di tangan Presiden Jokowi. ‎

"Belum terkonfirmasi, susah‎ hubungi presiden. Kan hanya Jokowi dan tuhan yang tahu," sebut politikus Golkar itu.