Pasutri Produsen Vaksin Palsu Ditangkap Saat Salat Tarawih
Pasangan suami-istri (pasutri) ini ditangkap atas pemalsuan vaksin balita yang mereka produksi di rumah tersebut.
Editor: Hendra Gunawan
Eko mengungkapkan, penggerebekan itu berjalan dengan cepat sekira satu jam, sehingga para tetangga tidak ada yang mengetahui terkait penangkapan itu. Sayangnya, Eko tak bisa menunjukkan sejumlah foto yang sempat ia ambil. Karena salah satu penyidik memaksa Eko untuk menghapus gambar yang dia ambil lewat ponselnya.
"Usai penggerebekan itu, polisi meminta ponsel dan menghapus foto-foto yang sudah saya ambil," katanya.
Eko menambahkan, pasutri itu sudah menetap di rumah tersebut selama 10 tahun lebih. Seingatnya, sang suami bekerja sebagai manager di salah satu pabrik otomotif, sedangkan sang istri pernah bekerja di rumah sakit. Akan tetapi, Eko tidak mengetahui apakah Rita masih aktif bekerja di rumah sakit atau tidak.
"Orangnya agak tertutup, jadi saya tidak tahu apakah istrinya itu masih bekerja atau tidak," kata Eko.
Menyusul penggerebekan itu, Dinas Kesehatan Kota Bekasi langsung bergerak melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah rumah sakit. Namun selama dua hari melakukan sidak, petugas tak menemukan vaksin palsu.
"Sejak kemarin dan hari ini, tim kami sudah terjun ke lapangan melakukan sidak ke beberapa puskesmas, rumah sakit swasta, apotik. Namun belum ditemukan sampel vaksin palsu," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tetty Manurung usai sidak di Rumah Sakit Hermina, Bekasi Selatan, Jumat (24/6/2016) petang.
Tetty mengatakan, sidak ini dilakukan di tiga tempat, yaitu RS Hermina, RS Ananda dan apotek Pelita Insani di Bekasi Selatan. Dari sidak itu, ujar dia, petugas tak menemukan vaksin palsu yang diedarkan oleh pasutri tersebut.
"Penyimpanan vaksin sudah sesuai standar yakni disimpan di tempat khusus penyimpanan vaksin dengan suhu rendah (chiller). Walau begitu, kami akan terus melakukan sidak ke beberapa tempat untuk beberapa hari ke depan untuk memastikan tidak ditemukan vaksin palsu," jelas Tetty.
Tetty mengatakan, pemeriksaan vaksin ini memang dilakukan secara kasat mata atau pengamatan. Meski belum dilakukan uji laboratorium, dia meyakini obat itu asli karena ciri fisiknya sesuai. Seperti nomor batch sesuai antara isi dengan tulisan di kemasan.
Tetty pun mengimbau, kepada orangtua yang sudah melakukan vaksinasi kepada bayi, apabila masih ragu dapat melakukan vaksinasi ulang kepada bayinya dan pilihlah tempat yang terpercaya. (Fitriyandi Al Fajri)