Menambah Rest Area dan SPBU Bukan Solusi Mengatasi Insiden Brexit
Insiden "Brexit" atau kemacetan parah sepanjang 20 kilometer di Gerbang Tol (GT) Brebes Timur saat mudik Lebaran 2016 membutuhkan evaluasi
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Insiden "Brexit" atau kemacetan parah sepanjang 20 kilometer di Gerbang Tol (GT) Brebes Timur saat mudik Lebaran 2016 membutuhkan evaluasi dari berbagai pihak.
Saat Brexit terjadi, bahan bakar minyak (BBM) sulit ditemui alias langka.
Hal ini, menurut Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna salah satunya penyebabnya adalah pengendara memenuhi bahu jalan.
"Saya katakan, harusnya bahu jalan kalau tidak digunakan bisa dimanfaatkan sebagai ruang untuk distribusi bahan bakar. Inilah yang namanya kita butuh kerja sama," ujar Herry di ruangannya, Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (11/7/2016).
Kalau pengendara bisa disiplin dan bahu jalan tidak dipakai, lanjut Herry, maka ada ruang yang bisa digunakan untuk jalan masuk bahan bakar dan kejadian darurat lainnya.
Ia menuturkan, menambah tempat istirahat (TI) atau rest area juga bukan menjadi solusi untuk memperbanyak SPBU.
Pasalnya, kalau setiap tempat dibangun TI, nanti jalan tol akan berubah seperti jalan biasa yang menambah hambatan pengendara.
Sementara itu, terkait penggunaan helikopter untuk saat-saat darurat seperti ketika masa mudik Lebaran lalu, Herry menyebutkan, hal tersebut bisa saja diupayakan.
Namun, pengadaan helikopter ini tidak harus menjadi tanggung jawab BPJT. Dalam hal ini, BPJT bisa saja bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu.
Ia menambahkan, pengadaan helikopter ini juga tidak membutuhkan regulasi khusus, karena sifatnya tidak mendesak.
Menurut Herry, bahu jalan tetap menjadi prioritas untuk digunakan pada saat-saat darurat.
"Sebenarnya regulasi yang ada sudah cukup. Tidak perlu regulasi baru hanya untuk itu (pengadaan helikopter)," tandas dia.