Dokter HUD Berburu Vaksin Palsu di Pasar
(Bareskrim Mabes Polri) menetapkan sebanyak tiga dokter berinisial I, AR dan HUD sebagai tersangka dalam kasus vaksin palsu.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Bareskrim Mabes Polri) menetapkan sebanyak tiga dokter berinisial I, AR dan HUD sebagai tersangka dalam kasus vaksin palsu.
"Penambahan tersangka ada tiga orang," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Agung Setya, di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (15/7).
Dengan demikian, Bareskrim Mabes Polri sejauh ini menetapkan tersangka kasus tersebut mencapai 23 orang. Ini bertambah dari sebelumnya 20 orang.
Agung merinci dari 23 orang tersangka kasus vaksin memiliki peran masing-masing, yakni produsen (enam tersangka), distributor (sembilan tersangka), pengumpul botol (dua tersangka), pencetak label (satu tersangka), bidan (dua tersangka) dan dokter (tiga tersangka).
Menurut Agung, I merupakan dokter di Rumah Sakit Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Sedangkan AR merupakan pemilik Klinik Pratama Adiprajadi Palmerah, Jakarta Barat.
Sedangkan HUD adalah mantan Direktur Rumah Sakit Sayang Bunda, Bekasi, Jawa Barat.
Selain menetapkan status tersangka terhadap tiga dokter tersebut, seorang bidan berinisial N juga ditetapkan sebagai tersangka kasus yang sama pada Kamis (14/7/2016), yang menjadi pemesan dan pemakai (end user) vaksin palsu.
"Bidan N kami tangkap. Dia berperan sebagai pemesan vaksin palsu dan end user," ujar Agung.
Bidan N diketahui berpraktik di kawasan Jatirasa, Bekasi.
Agung menjelaskan, dari klinik dokter AR yang berlokasi di Jalan Kemanggisan Pulo, Palmerah, disita sejumlah barang bukti, diantaranya ampul, vaksin bekas dan catatan transaksi pembelian vaksin.
Dokter AR diketahui mendapatkan pasokan vaksin dari S, tersangka yang sudah ditangkap sebelumnya, sebagai kurir pengantar vaksin ke sejumlah apotek.
Sedangkan dokter HUD mendapat pasokan vaksin dari Toko Azka Medika di Jalan Karang Satri Nomor 43 Bekasi, Jawa Barat.
Cari di pasar
Selain itu, Agung juga menjelaskan, dari ketiga dokter yang sudah menjadi tersangka, dokter HUD yang paling lama menjalankan praktiknya dengan memberikan vaksin palsu kepada pasien.
"Sejak 2010. Dokter HUD paling lama dari ketiganya," ujar Agung. Artinya, sudah sekitar 6 tahun dokter HUD memakai vaksin palsu.
Sedangkan untuk dua dokter lainnya, Agung tidak tahu persis sejak kapan mereka melakukan tindakan tersebut.
Penyidik masih akan menggali keterangan dari para saksi, tak hanya dari pengakuan para tersangka.
Agung mengatakan, HUD memesan vaksin palsu dari CV Azka Medika.
Padahal, HUD mengetahui bahwa toko tersebut bukan distributor resmi dan vaksin yang dijual palsu.
CV Azka Medika diketahui banyak menyalurkan vaksin palsu ke beberapa rumah sakit, termasuk ke rumah sakit di mana HUD bekerja.
Awalnya, tutur Agung, HUD mencari vaksin di dua pasar di Jakarta Timur.
"Pelaku mengaku mencari vaksin di Pasar Pramuka dan Pasar Jatinegara," ujarnya.
Dari sebuah toko obat di Pasar Pramuka, dokter HUD kemudian dirujuk untuk menghubungi Toko Azka Medika guna mendapatkan pasokan vaksin secara langsung.
"Azka Medika ini menyalurkan vaksin palsu ke beberapa rumah sakit, salah satunya memasok ke dokter HUD," katanya.
Dokter HUD ditangkap polisi pada Kamis (14/7/2016).
Pada hari yang sama, polisi juga menangkap seorang bidan N. Sedangkan sehari sebelumnya, pada Rabu (13/7), polisi menangkap dokter I dan dokter AR.
Selain 3 dokter dan satu bidan, penyidik juga kembali menetapkan satu distributor bernama S sebagai tersangka.
S mendapatkan vaksin palsu dari pasangan suami istri pembuat vaksin palsu, yakni Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina.
Saat menggeledah kediaman S, penyidik menemukan bukti transaksi pembelian vaksin palsu.
"Dia memesan ke jaringan H dan R untuk 60 kali transaksi dengan nilai Rp 440.210.000," kata Agung.
Karena kekosongan
Rumah sakit-rumah sakit yang disebut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek sebagai penerima distribusi vaksin palsu itu sendiri kemarin kembali didatangi para orangtua pasien.
Seperti terlihat di RS Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Setelah situasi sempat tegang, perwakilan RS Harapan Bunda akhirnya memenuhi keinginan orangtua yang anaknya mendapat vaksin di tempat tersebut untuk memberikan pernyataan.
Saat memberikan pernyataan, perwakilan RS Harapan Bunda yang terdiri dari Ketua Komite Medis dr Seto Hanggoro, staf humas dan sejumlah petugas keamanan serta aparat kepolisian, berdiri di atas meja yang secara dadakan dijadikan panggung.
Panggung tersebut dibuat di halaman parkir belakang RS Harapan Bunda. Para orangtua menyimak pernyataan dari dr Seto.
Dalam pernyataannya, dr Seto antara lain menyatakan, pihak rumah sakit mengakui peredaran vaksin palsu di tempatnya hanya periode Maret-Juni 2016.
"Kami menyatakan prihatin mendalam atas indikasi vaksin palsu di RS Harapan Bunda," ucapnya.
Untuk periode sebelumnya, RS Harapan Bunda menjamin vaksinnya asli.
"Selama ini vaksin di RS Harapan Bunda mengambil dari distributor resmi tapi pada periode Maret hingga Juni 2016 terjadi kekosongan sehingga ada oknum perawat yang menawarkan kepada dokter anak yang praktek dan pihak rumah sakit tidak tahu," tambahnya.
Untuk itu pihak rumah sakit menyatakan pasien yang mendapatkan vaksin sebelum periode itu tidak terindikasi vaksin palsu.
Namun demikian ada beberapa catatan untuk memastikan hal tersebut.
"Pasien diluar periode Maret hingga Juni 2016 dan bayar di kasir dan bukan pribadi adalah asli karena diambil dari distributor resmi," ucapnya.
Selain itu pihak rumah sakit berjanji akan melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap pasien yang terindikasi vaksin palsu.
Bahkan pihaknya mengklaim siap menanggung biaya orangtua yang ingin anaknya divaksin ulang di rumah sakit lain.
"Pasien bisa melakukan reimburse apabila mau melakukan vaksin ulang bukan di RS Harapan Bunda, namun harus terlebih dahulu ke RS Harapan Bunda," ungkap dr Seto.
Setelah dr Seto membacakan pernyataan, dilanjutkan tanya jawab. Namun ketika sedang berlangsung tanya jawab dengan orangtua pasien, tiba-tiba saja panggung darurat ambruk dan terbelah dua.
Dokter Seto dan orang-orang yang berdiri di atasnya jatuh terjungkal.
Beruntung insiden tersebut tidak sampai menimbulkan korban luka.
Setelah insiden itu, para perwakilan RS Harapan Bunda langsung meninggalkan kerumunan orangtua yang kondisinya mulai tidak kondusif karena tidak puas dengan pernyataan yang diberikan.
Melihat perwakilan rumah sakit hendak meninggalkan lokasi, para orangtua sempat mencegat sambil berteriak-teriak.
"Hei kamu jangan pergi dulu, mana pertanggungjawabannya? Mana janjinya, jangan kabur begitu aja," teriak seorang pria.
Petugas keamanan yang melindungi perwakilan rumah sakit pun tidak luput dari amarah para orangtua.
"Bapak punya anak enggak? Ini masalah masa depan anak saya," ujar salah satu orangtua. (jhs/m9/faf/Ant/Kompas.com)
Baca Koran WARTA KOTA Edisi Sabtu (16/7/2016) untuk informasi lebih lengkap.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.