Orangtua Korban Ceritakan Cara Dokter Jual Vaksin Palsu
Saat itu vaksin merek Pediacel sedang tidak ada persediaannya di (RS) Harapan Bunda
Penulis: Valdy Arief
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah orang tua yang anaknya menjalani imunisasi di fasilitas kesehatan beredar vaksin palsu, Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda Jakarta, menceritakan cara seorang oknum dokter menawarkannya.
Mereka menuturkan, dokter bernama Indra yang kini sudah berstatus tersangka kasus penyebaran vaksin palsu, kerap memanfaatkan kekurangan pasokan zat peningkat kekebalan tubuh itu.
Seperti dialami Rani, ibu dari seorang anak yang diduga menerima vaksin palsu, ketika hendak melakukan imunisasi rutin pada buah hatinya.
"Saat itu vaksin merek Pediacel sedang tidak ada persediaannya di (RS) Harapan Bunda, terus ada suster yang tawarkan saya vaksin itu. Dia bilang ini bukan dari rumah sakit, tapi dari dokter Indra," kata Rani di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (16/7/2016).
Pembayaran vaksin tersebut, kata Rani, berbeda ketika dia membayar biaya imunisasi sebelumnya.
"Suster bilang karena vaksinnya bukan dari rumah sakit, jadi bayarnya langsung. Bukan bayar di kasir rumah sakit," katanya.
Berbeda dengan Rani, Naomi malah baru diberi tahu anaknya mendapat suntikan vaksin yang bukan berasal dari persediaan rumah sakit setelah zat itu masuk ke tubuh anaknya.
"Baru diberi tahu kalau vaksinnya bukan dari rumah sakit setelah anak saya disuntik," kata Rani dalam kesempatan yang sama.
Namun, cara membayar zat yang belakangan diketahui palsu itu, serupa dengan Naomi.
"Bayarnya bukan di kasir, tapi langsung ke suster itu. Sebesar Rp 750 ribu," kata Rani.