Panglima TNI : Kemanunggalan TNI, Ulama dan Santri Merupakan Kekuatan Bangsa
Ancaman bangsa Indonesia sangat luar biasa, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak mampu melakukannya sendiri
Editor: FX Ismanto
Laporan Puspen TNI
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman bangsa Indonesia sangat luar biasa, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak mampu melakukannya sendiri. Oleh karenanya, TNI sudah menemukan dan merupakan kekuatan bangsa yang hebat yaitu Kemanunggalan TNI, Ulama dan Santri. Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dihadapan 2.500 Ulama dan Santri pada Muktamar III Wahdah Islamiyah di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (18/7/2016).
“Para Kyai, Ulama dan Santri telah menjadi Soko Guru dan Pelaku Perjuangan. Sebesar apapun kekuatan TNI tidak akan sanggup melawan kekuatan musuh tanpa dukungan dari rakyat Indonesia, termasuk di dalamnya para Kyai/Ulama,” tegas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI juga menyampaikan bahwa, sejarah telah membuktikan makna yang bisa dipetik dari peristiwa 10 November 1945, contohnya adalah bahwa perjuangan dan kepentingan mempertahankan kedaulatan negara berdimensi lintas etnis dan lintas wilayah. “Siapapun dan dimanapun mempunyai kewajiban yang sama untuk membela bangsa dan negara Republik Indonesia,” ujarnya.
Peran Kyai dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia memiliki andil yang sangat besar, hal ini ditunjukan dengan adanya Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh KH. Hasyim Asyari tanggal 22 Oktober 1945. Karena Resolusi Jihad menghasilkan perlawanan yang heroik pada tanggal 10 November 1945 yang kemudian disebut Hari Pahlawan. “Seandainya tidak ada Resolusi Jihad maka tidak ada perlawanan heroik, berarti tidak ada Hari Pahlawan, jika tidak ada perlawanan rakyat Surabaya saat itu bukan tidak mustahil perjalanan bangsa yang ada seperti saat ini,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI mengingatkan kepada para Ulama tentang Strategi Dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu tebarkan salam, jalin silaturahmi atau persaudaraan, saling menasehati, berbuat kebajikan dan cegah kemungkaran. “Tidak ada kata-kata yang keras, tidak ada kata-kata provokator dan tidak ada kata-kata menjelekkan orang lain, apalagi menjelekan pemerintah,” ujarnya.
Acara Muktamar III Wahdah Islamiyah dimana para Kyai dan Da’i berkumpul yang mengusung tema Sejuta Cinta Untuk Indonesia sama halnya seperti yang terjadi dengan para Wali Songo pada abad ke-15, saat itu berada di Linggar Jati (tempat singgahnya Sunan Gunung Jati) dan merupakan tempat disebarkannya Ilmu Sejati, para Wali Songo bermusyawarah untuk seirama dan sependapat serta satu langkah di dalam menyebarkan ajaran Agama Islam dan Ilmu Sejati. “Ilmu Sejati Agama Islam yaitu ilmu yang diturunkan dari Allah SWT lewat Al-Quran, itu Ilmu Sejati yang tidak akan punah sampai kapanpun juga, dan yang menyebarluaskan ya para Ulama,” katanya.
“Para Ulama pasti mengajarkan kebaikan, tidak ada namanya Ulama mengajarkan dengan berbuat ketidakbaikan, maka kalau demikian pasti hidup kita akan aman. Bahkan Panglima TNI pada waktu Panglima Besar Jenderal Soedirman adalah seorang Ulama dan menjadi guru di Pondok Pesantren,” pungkas Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Diakhir ceramahnya Panglima TNI menyampaikan pesan kepada 2.500 Kyai dan Da’i agar dalam melaksanakan dakwahnya selalu mengusung kepentingan Bela Negara dan Bangsa. “Saya titipkan keutuhan NKRI kepada para Ulama,” ujar Panglima TNI. (*)