Penataan Danau Toba Tak Perlu Usir Keramba Jaring Apung
Meski fakta tersebut tidak bisa diabaikan namun tidak semua pelaku industri berkontribusi pada pencemaran di Danau Toba
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu yang paling menjadi sorotan terkait penataan Danau Toba adalah membuat seluruh keramba jaring apung yang berada di Toba segera angkat kaki.
Salah satu dorongan tersebut dikarenakan usaha perikanan menjadi salah satu kontributor yang membuat menurunnya kualitas air danau toba akibat kotoran dan ikan-ikan yang mati.
Meski fakta tersebut tidak bisa diabaikan namun tidak semua pelaku industri berkontribusi pada pencemaran di Danau Toba.
“Kita perlu mengedukasi pejabat-pejabat, karena semua indsutri pasti ada limbahnya, tapi bagaimana memgaturnya agar bisa terus berkelanjutan (Sustainable Fisheries),” ujar Peneliti Senior Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan Endi Setiadi Kartamihadja dalam pernyataannya, Rabu(20/7/2016).
Salah satu perusahaan yang menerapkan sistem sustainbale fisheries tersebut adalah PT Suri Tani Pemuka, anak usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA).
Upaya untuk membangun budidaya yang berkesinambungan tersebut dilakukan dengan melakukan inovasi pada penggunakan pakan ikan yang memiliki kadar phospor rendah serta pemanfaatan berbagai macam teknologi.
“Kami menggunakan Feed Broadcaster dalam memberikan pakan ikan sehingga pemberian pakan ikan dapat diatur dan diukur sesuai dengan kebutuhan ikan,” Ujar Rachmat Indrajaya, Direktur External Communication JAPFA.
Sedangkan untuk pengelolaan kotoran ikan, JAPFA menggunakan teknologi lift up system untuk mengangkat kotoran ikan dan ikan mati yang ada di dasar keramba.
Berbekal dengan dua metode tersebut memberikan kemungkinan kepada STP untuk mengelola budidaya Tilapia dengan lebih berkeseninambungan dan memperhatikan aspek pelestarian alam. Berkat berbagai terobosan tersebut, STP dengan produksi Toba Tilapianya mampu menembus pasar Eropa dan Amerika.
Menurut Rachmat, bukti lainnya yang menunjukkan STP sudah mampu memenuhi kualitas dan standar tersebut adalah pengakuan dari beberapa lembaga sertifikasi.
"Beberapa diantaranya cara budidaya kami yang ramah lingkungan dari ASC (Aquaculture Stewardship Council, yang didirikan oleh WWF dan IDH), BAP (Best Aquaculture Practice) dan Monterey Bay Aquarium Seafood Watch,"ujar Rachmat.
Berpijak kondisi tersebut, Saut Hutagalung, Staff Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan RI mengatakan bahwa selain zona pariwisata di Danau Toba juga harus memasukkan zona budidaya yang lain.
Artinya zona budidaya ikan seharusnya masih mendapat ruang di Danau Toba.
Karena kehadiran budidaya ikan tidak mengancam kualitas air danau toba apabila dikelola dengan pendekatan Sustainable Fisheries.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.