Mahathir Moahamad: Abu Sayyaf Doyan Culik Pelaut Karena Ketagihan Uang Tebusan
"Saya tidak tahu apakah pembebasan sebelumnya Malaysia membayar uang tebusan. Tapi biasanya yang tidak dibayar tebusannya akan dibunuh,"
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lima hari lalu, tepatnya tanggal 20 Juli 2016 dilaporkan 5 warga negara Malaysia kembali menjadi korban penculikan kelompok Abu Sayyaf di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia.
Padahal Malaysia baru saja membebaskan 4 pelautnya yang diculik kelompok yang sama tanggal 8 Juni 2016 lalu.
Menanggapi hal tersebut mantan Perdana Menteri Malaysia menyebutkan bahwa kebijakan untuk membayar uang tebusan demi menolong korban penculikan membuat pihak penculik merasa ketagihan.
"Saya tidak tahu apakah pembebasan sebelumnya Malaysia membayar uang tebusan. Tapi biasanya yang tidak dibayar tebusannya akan dibunuh seperti warga negara Kanada," jelas Mahathir menjawab pertanyaan wartawan usai orasi ilmiahnya dalam rangka Dies Natalis Universitas Bung Karno di Balai Kartini Jakarta, Senin (25/7/2016).
Ia berpendapat bahwa kesibukan warga dan pejabat Malaysia untuk mengumpulkan uang tebusan sebaiknya dialihkan untuk memperkuat pertahanan mencegah terjadinya penculikan kembali.
"Penculikan dapat terjadi karena di perairan tersebut pasti keamanannya lemah. Lebih baik dana untuk penebusan digunakan untuk memperkuat pertahanan," jelas Mahathir.
Mahathir sendiri mengimbau kepada pemerintah Indonesia untuk tidak mudah memberikan uang tebusan kepada kelompok Abu Sayyaf.
Selain Malaysia, pelaut Indonesia sendiri juga kerap menjadi incaran penculikan kelompok tersebut.
Mahathir Mohamad yang juga merupakan Presiden Kehormatan Yayasan Kepemimpinan Perdana Malaysia memberikan kuliah umum mengenai clean and good government di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Bung Karno.