Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penuturan Rina Eklesia, Pendeta yang Berikan Bimbingan kepada Para Terpidana Mati

"Terlepas dari masyarakat yang menghujat mereka, saya tetap mencintai jiwa-jiwa mereka."

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Penuturan Rina Eklesia, Pendeta yang Berikan Bimbingan kepada Para Terpidana Mati
Sydney Morning Herald/Wagino
Terpidana mati asal Pakistan Zulfiqar Ali akan dipindahkan ke Nusakambangan. 

TRIBUNNEWS.COM, CILACAP - "Terlepas dari masyarakat yang menghujat mereka, saya tetap mencintai jiwa-jiwa mereka. Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah berbuat salah," kata Rina Eklesia, Selasa (26/7) malam.

Rina merupakan seorang pendeta yang sering memberikan bimbingan rohani kepada para terpidana di Kepulauan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, sejak tahun 2002.

Setiap sebulan sekali, Rina memberikan pelayanan rohani kepada para terdakwa.

"Saya mengenal dekat sebagian besar terpidana yang akan dieksekusi mati. Setahu saya ada delapan orang warga asal Nigeria yang akan dieksekusi mati dalam waktu dekat ini, meski mereka memakai paspor dari sejumlah negara bukan dari Nigeria," ungkapnya.

Rina menceritakan satu di antara terpidana mati yang dikenal dekat adalah Humprey Ejike (42) alias Doctor, asal Nigeria.

"Humprey itu tokoh gereja atau tamping gereja di lapas (lembaga pemasyarakatan). Ia menggerakan pelayanan (rohani) dan menjadi teladan bagi (terpidana) yang lain," ungkap Rina.

Selaim Humprey, Rina juga mengenal dekat Seck Osmane, terpidana asal Nigeria yang masuk ke Indonesia lewat cara memakai paspor asal Senegal. Senin (25/7) sore, Rika dan Osmane sempat berdoa bersama sebelum akhirnya Osmane dibawa menuju ke ruang isolasi di Lapas Nusakambangan.

Berita Rekomendasi

"Selama belasan tahun di penjara, Osmane berperilaku baik. Dia selalu hadir setiap ada pelayanan rohani. Saat bertemu dengannya kemarin (Senin, RED), Osman berharap ini (eksekusi mati) tidak akan pernah terjadi," ujar Rina.

Rina mengungkapkan bila dia menempatkan diri bukan sebagai pendeta, tapi sebagai kakak dan ibu ketika bertemu kepada para terdakwa.

Menurut Rina, para terdakwa ini melewati hari-hari yang sulit saat berada di penjara karena mereka telah menyandang 'status' terpidana mati.

"Mereka sering berkata kepada saya, 'kami ini spesial. Mereka bilang, 'kesedihan apalagi yang melebihi kesedihan kami, ketakutan apalagi yang melebihi ketakutan kami.'," kata Rina.

Rina mengaku bila sejumlah terdakwa menyampaikan beberapa pesan kepadannya jika nanti memang eksekusi mati telah berlangsung. Meski demikian, Rina tidak bisa menyampaikan kepada media tentang pesan-pesan dari para terdakwa tersebut.


"Saya hanya bisa menyampaikan jika mereka terlepas dari hukuman mati, mereka berjanji akan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan lewat pelayanan. Mereka benar-benar sudah bertobat," ungkap Rina.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas