'Kasus Archandra Kelalaian Kerja BIN yang Ujungnya Mempermalukan Presiden'
Peneliti S2 Kajian Intelijen dari Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib menilai BIN gagal memberi informasi valid kepada presiden.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Disinggung soal kandidat calon kepala BIN baru yang disebut-sebut Budi Gunawan, Ridlwan mengaku belum tahu.
"Soal itu saya justru baru mendengar dari media," katanya.
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan bahwa pemberhentian dengan hormat atas dirinya merupakan takdir.
"Saya tidak menyesalinya, semua sudah ada yang mengatur. Kenapa harus menyesal? Takdir itu sudah ada yang mengatur, sudah ditetapkan," kata Arcandra saat dihubungi Tribunnews, Selasa (16/08/2016) pukul 00.20 WIB.
Saat dihubungi lewat telepon, suara Arcandra terdengar tenang. Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, pada 10 Oktober 1970 itu bahkan sempat bertanya, "Ini kan sudah malam, kok masih di kantor? Belum tidur ya?"
Arcandra dengan nada datar mengungkapkan bila saat ini banyak pemberitaan yang menyangkut dirinya.
"Sudah banyak berita yang bercerita profile saya seorang penghianat, berita yang menyebutkan sosok saya tidak jujur. Saya rasa banyak pemberitaan yang tidak melakukan klarifikasi," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah dirinya akan kembali ke Amerika atau tetap berada di Indonesia, Arcandra menjawab, "Kalau di Indonesia, apalagi yang harus saya selesaikan. Tetapi kalau kembali ke Amerika, saya tidak lagi punya paspor Amerika. Benar, saya tidak lagi punya paspor Amerika," ungkapnya.
Lalu, apakah artinya Archandra menerima pemberhentian dirinya dengan Legawa?
"Jangan memakai kalimat seperti itu. Saya nyatakan kalau ini memang takdir," jawabnya.
Ketika Tribunnews menyampaikan keinginannya bertemu untuk wawancara lebih lanjut, Arcandra menjawab, "Ya kita lihat besok, kalau saya masih hidup. Saya ingin istirahat dulu."