Demi Negara, Kereta Kencana Ki Jaga Raksa yang Sakral Ini Pun Bisa Dinaiki Orang
Ki Jaga Raksa merupakan salah satu dari empat kereta istimewa milik Kabupaten Purwakarta yang biasa dikirab pada hari jadi kabupaten tersebut.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momen Upacara Peringatan Proklamasi 17 Agustus di tahun 2016 ini sangat spesial.
Kali ini hadir kereta kencana "Ki Jaga Raksa" sebagai pembawa bendera pusaka merah putih serta teks proklamasi yang dikawal sejumlah kuda perang Batalyon Kavaleri TNI AD.
Ki Jaga Raksa merupakan salah satu dari empat kereta istimewa milik Kabupaten Purwakarta yang biasa dikirab pada hari jadi kabupaten tersebut pada 20 Juli 2016.
Bahkan dalam keadaan dikirab tersebut Ki Jaga Raksa dan tiga kereta kencana lainnya dilarang dinaiki manusia.
Sri Wuryasturati, perwakilan Kabupaten Purwakarta yang mendampingi kereta kencana di Jakarta mengatakan bahwa dalam sejarahnya belum pernah kereta ini dinaiki manusia.
"Demi kepentingan negara, pertama dalam sejarah kereta Ki Jaga Raksa dinaiki manusia. Tentu ini momentum membanggakan bagi warga Kabupaten Purwakarta," ujarnya kepada Tribunnews.com di tengah persiapan upacara penurunan bendera.
Dibuat di Imogiri
Sri menjelaskan bahwa kereta Ki Jaga Raksa dibuat tahun 2011 dengan memesan pengrajin kereta kencana di Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Walaupun dibuat di Imogiri Sri menjelaskan bahwa desain tetap mengikuti pesanan dari Kabupaten Purwakarta.
Hal itu ditunjukkan dengan ornamen mahkota dengan diapit empat senjata khas Jawa Barat, yaitu Kujang.
Mahkota menggambarkan kereta kencana sebagai kendaraan pemerintahan. Dan kujang berjumlah empat yang mengitari mahkota sebagai simbol perlindungan militer kepada kepala pemerintahan.
"Dibuatnya juga tidak sembarangan. Kereta ini dibuat dengan kayu jati yang telah cukup umurnya. Ini menunjukkan bahwa kereta ini dibuat dengan menghargai proses," ungkapnya.
Pembuatan kereta ini juga memakan waktu lama hampir sekitar satu tahun. Karena semua bagian dibuat tanpa teknologi alias handmade.
"Yang rumit pembuatan power steering untuk belok. Itu butuh ketelitian," lanjutnya.
Upacara Khusus
Sri pun mengungkapkan bahwa perlu dilakukan upacara khusus di Purwakarta agar kereta bisa digunakan sebagai pembawa bendera di Istana Negara.
"Pastinya kita lakukan upacara khusus di Purwakarta. Tapi tidak bisa sebutkan detailnya," ungkapnya.
Sri sendiri menutup ceritanya dengan penjelasan bahwa kereta kencana yang dimiliki Kabupaten Purwakarta merupakan bentuk penghormatan kepada tokoh di tanah Sunda yaitu Prabu Siliwangi.