Mahasiswa Asal Demak dan Aceh Ditangkap Pemerintah Turki
Dua orang mahasiswi ditangkap aparat keamanan Turki 11 Agustus lalu, di rumah tinggal mereka di Kota Bursa, Turki.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua orang mahasiswi ditangkap aparat keamanan Turki 11 Agustus lalu, di rumah tinggal mereka di Kota Bursa, Turki. Keduanya diidentifikasi sebagai DP asal Demak, Jawa Tengah dan YU asal Aceh.
Kabar ini dikonfirmasi oleh Dirjen Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Lalu Muhammad Iqbal, Rabu (19/8/2016).
"Beberapa upaya sudah dilakukan KBRI Ankara untuk memberikan perlindungan kepada keduanya," ujar Iqbal memastikan.
Dijelaskan sejak 12 Agustus lalu, staf KBRI Ankara telah mendatangi kepolisian Bursa untuk meminta akses kekonsuleran.
Nota kemudian disampaikan oleh pihak KBRI ke Kemlu Turki pada 15 Agustus, disusul kedatangan KBRI ke Pengadilan Bursa untuk bertemu jaksa penuntut pada 16 Agustus.
"(Kedatangan itu) dimaksudkan untuk mengantisipasi jika nantinya kasus ini masuk ke pengadilan," tuturnya seraya memastikan dua mahasiswi yang dimaksud sudah didampingi pengacara.
Keduanya ditangkap saat aparat keamanan melakukan operasi penangkapan di sebuah rumah yang dikelola Yayasan Gulen. Para mahasiswi itu ditangkap setelah mengaku memang tinggal di rumah itu.
Pascaupaya kudeta, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terus menyingkirkan pendukung ulama yang dituduhnya sebagai dalang kudeta, Fethullah Gulen.
Ulama yang tinggal mengasingkan diri di Amerika Serikat itu kerap diminta untuk diekstradisi, namun tak kunjung dilakukan sebab Turki belum menyerahkan bukti kesalahan Gulen pada Amerika Serikat.
Pemerintah Turki bahkan sempat meminta dukungan Indonesia untuk menutup lembaga-lembaga pendidikan yang terkait Organisasi Fethullah (FETO).
Namun, permintaan itu ditolak oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi atas alasan lembaga-lembaga pendidikan itu selama ini tidak melanggar aturan apapun di Indonesia.
Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi menambahkan, pemerintah Indonesia sudah meminta akses consuler kepada pemerintah Turki untuk bertemu dengan dua mahasiswa Indonesia yang ditangkap atas dugaan terkait kudeta di Turki.
"Kita sedang memintakan akses kekonsuleran. Ini sudah diberikan kepada direktur PWNI dan LBH. Intinya, mekanisme proteksi pemerintah berjalan ketika mendengar berita tersebut," jelas Menlu.
Kemenlu juga sudah memanggil Kedubes Turki di Jakarta. Sekaligus memintakan perhatian mengingat masih banyak pelajar Indonesia di Turki serta berharap perlindungan pemerintah Turki kepada pelajar Indonesia.
Hal yang sama juga sudah dilakukan Kedubes Indonesia di Ankara dan akan memberikan perhatian ekstra.
"Sudah ada satu tim yang berada disana. Jadi kami lakukan upaya untuk mendapatkan kejelasan apa alasan penangkapan tersebut. Kami inginkan hak-hak hukum warga negara kita dihormati pihak Turki," kata Menlu Retno menegaskan.
Pemerintah Indonesia akan meminta keterangan langsung kepada dua mahasiswa tersebut terkait tuduhan dari pemerintah Turki agar mendapatkan informasi yang jelas.
Ketua DPR Ade Komarudin berharap Kementerian Luar Negeri proaktif mengatasi masalah yang dihadapi dua mahasiswi di Turki.
Akom mengingatkan tugas mahasiswa diluar negeri adalah belajar. Politikus Golkar itu meyakini mahasiswi tersebut tidak mengetahui peristiwa yang menimpa mereka.
"Masalah yang dihadapi dua mahasiswi di Turki yang sekarang memerlukan campur tangan negara, agar mereka bisa seperti sediakala," kata pria yang akrab disapa Akom.
"Asrama tanda petik oleh Pak Gulen, tokoh Turki yang diduga pemerintah Turki dalang kudeta beberapa waktu lalu. Negara harus memberi perlindungan agar mereka keluar dari masalahnya," katanya lagi.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus (TB) Hasanuddin mengungkap, aparat keamanan Turki saat ini sedang melakukan penyisiran atau sweeping terkait percobaan kudeta.
Namun, dua mahasiswi tersebut tidak dalam posisi di tempat yang dikejar aparat.
"Kita berharap bahwa kedua mahasiswa itu tidak terlibat dalam kegiatan yang disangkakan," katanya. (tribunnews/rio prakoso/ferdinan/ruth vania)