Krisis Energi, Pangan dan Air Akan Picu Konflik Dunia
Disimpulkan konflik atau perang di dunia, 70 persen berlatar belakang energi
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, pertambahan populasi penduduk dunia dari masa ke masa semakin cepat.
Setelah tahun 2011 untuk menambah 1 miliar hanya butuh enam tahun, sebelumnya diperlukan puluhan bahkan ratusan tahun sehingga tahun 2017, selamat datang delapan miliar penduduk dunia.
"Teori Maltus mengatakan bahwasanya pertambahan penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan meningkat ibarat deret hitung," kata Gatot saat memberikan kuliah umum 490 mahasiswa Pascasarjana Universitas Pertahanan, PMPP IPSC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/8/2016).
Menurutnya, apabila garis pertambahan penduduk dengan garis ketersediaan pangan bersinggungan di suatu titik, maka disitulah terjadinya titik kritis.
Ini faktanya, menurut penelitian populasi ideal penduduk dunia sekitar tiga sampai empat miliar untuk dapat hidup dengan layak, realitasnya saat ini setiap 2,1 detik satu bayi meninggal atau sekitar 15 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk itu artinya penduduk dunia sudah overload.
"Bila populasi penduduk tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan pangan, maka akan memicu krisis. Inilah ancaman yang akan dihadapi penduduk dunia," kata Gatot.
Gatot menjelaskan konfik yang terjadi di Irak, Iran, Libya, Kuwait, Mesir, Suriah, Yaman, Sudan dan Ukraina, semuanya sebagai negara penghasil energi.
"Saya bisa simpulkan bahwa konflik atau perang di dunia, 70 persen berlatar belakang energi," ujarnya.
Gatot memprediksi konflik di waktu mendatang dari aspek latar belakang dan lokasinya akan mengalami perubahan.
Hal ini dipicu, karena energi fosil diprediksi pada 2043 akan habis dan hanya bisa digantikan dengan energi alternatif (energi hayati) yang bisa hidup sepanjang tahun hanya di wilayah Ekuator yaitu Amerika Latin, Afrika Tengah dan Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia.
Panglima TNI menjelaskan bahwa sekitar 80 persen penduduk dunia yang berada di luar ekuator, kedepan akan merasakan krisis hebat dan mengalami dua krisis, yaitu krisis energi dan pangan.
"Pangan awalnya hanya untuk makan, kedepan pangan dibagi dua untuk makan dan energi, sehingga nantinya penduduk diluar ekuator akan berbondong-bondong ke wilayah ekuator untuk mencari pangan, energi dan air," katanya.
Menurut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, inilah pembuktian teori pergeseran latar belakang dan tempat konflik.
Awalnya konfik berlatar belakang energi berubah menjadi latar belakang energi, pangan dan air (ekonomi), tempatnya konflik bergeser dari wilayah Arab Spring ke wilayah Ekuator termasuk Indonesia.
"Ancaman inilah yang harus disadari oleh kita semua," kata Gatot.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.