Tahun Baru Islam 1438, Ketua LDNU Pusat: Hijrah Itu Berpindah dan Berubah
Hakikat hidup adalah selalu bergerak, berubah, dan dinamis. Semangat optimisme itulah yang semestinya muncul
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Hijrah yang bermakna “pindah”, hakikatnya merupakan sebuah semangat untuk melakukan perubahan (transformation).
Demikian Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Pusat, KH. Maman Imabulhaq memaknai semangat tahun baru Islam 1438 H yang jatuh pada Minggu (2/10/2016).
Menurut Kiai Maman, manusia yang masuk pada makna “berpindah” itu, diharapkan mengusung semangat “perubahan” menuju kehidupan yang lebih baik, indah, dan bermakna.
"Hakikat hidup adalah selalu bergerak, berubah, dan dinamis. Semangat optimisme itulah yang semestinya muncul dalam menyambut tahun baru Islam 1438 H," jelasnya.
Untuk itu, kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka itu, siapapun yang ingin mewarisi semangat “hijrah” harus memiliki gairah untuk terus mencari hal-hal baru, baik, dinamis dan progresif dalam kehidupan.
Hijrah Rasulullah sendiri, menurut Kiai Maman, bertolak dari keinginan mengubah tatanan hidup, kebudayaan, dan peradaban manusia yang rendah, primitif, bobrok, kejam, timpang, dan tidak manusiawi, menuju tatanan hidup, kebudayaan, dan peradaban yang sehat, adil, baik, sejahtera, dan manusiawi.
"Rasulullah menawarkan ajaran Islam sebagai alternatif dan solusi kehidupan yang baik dan sehat," katanya.
Mengambil ibrah Rosulullah tersebut, Manusia yang progresif dan dinamis, jelas Kiai Maman, harus selalu memegang teguh semangat “hijrah” dan “berubah” karena kehidupan ini terus bergerak cepat, carut-marut, dan kadang tak terduga.
"Manusia harus selalu bergerak melakukan perubahan guna merajut sejarah dan kehidupan yang lebih cerah, indah, dan gilang-gemilang", Lanjut Kiai Muda kelahiran Sumedang itu.
Adapun dalam konteks Indonesia saat ini, Kiai Maman, menyebut jika Hijrah berarti perubahahan menuju sebuah kondisi tatanan sosial-kemasyarakatan yang diwarnai dengan partisipasi publik yang didasarkan pada kerelaan, keswasembadaan, ketaatan pada hukum, keswadayaan.
"Hijarah sebagai upaya untuk bergerak dan berubah mencapai kemandirian dan kemerdekaan bangsa yang sejati", paparnya.
Selain itu, semangat hijrah bisa juga diwarnai dengan perjuangan melawan segala bentuk ketidakadilan, kekerasan, penindasan, narkobaisme, korupsi, perusakan alam, dan bentuk kezaliman-kezaliman lainnya.
"Dengan semangat “hijrah”, marilah kita ciptakan dunia dan kehidupan yang semakin baik, indah, cerah, dan bermakna",pungkas Kiai Maman.