Pentingnya Softskill Bagi Pekerja Indonesia di Era Persaingan
Dalam menghadapi era persaingan yang semakin kompetitif, peningkatan kompetensi dan profesionalisme saja tidak lah cukup.
Editor: Content Writer
Dalam menghadapi era persaingan yang semakin kompetitif, peningkatan kompetensi dan profesionalisme saja tidak lah cukup.
Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) M Hanif Dhakiri mengatakan agar benar-benar memiliki daya saing tinggi, masyarakat Indonesia juga harus membekali dirinya dengan softskill.
Ia juga menambahkan, Saat ini, softskill semakin penting perannya, mengingat upaya peningkatan daya saing bangsa harus diimbangi karekter bangsa yang kuat pula.
Hanif mencontohkan lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang mampu melahirkan santri berkarakter kebangsaan yang kuat.
Hal ini terbukti dalam sejarah panjang keterlibatan santri dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
“Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan,” kata Menteri Hanif saat memberikan sambutan di Pondok Pesantren al-Mujtahada, Pekanbaru, Kamis (6/10/2016).
Hanif juga berharap, di tengah ketatnya era persaingan saat ini, lembaga pendidikan Pondok Pesantren dapat berkontribusi menciptakan alumni pesantren yang berdaya saing. Tentunya,
“Harapan saya, Santri mulai dibekali dengan kemampuan vokasional, sebagai bekal ketika keluar dari ponpes. Sehingga bisa masuk pasar kerja atau berwirausaha,” lanjut Menaker.
Selain itu, saat mengunjungi Balai Latihan Kerja (BLK) Pekanbaru, Hanif mengajak dunia usaha turut serta dalam meningkatkan kompetensi dan daya saing Indonesia.
Saat ini Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemnaker) terus meningkatan kompetensi tenaga kerja dengan menggenjot pendidikan dan pelatihan vokasi.
Berbagai skema kerja sama pun disiapkan pemerintah untuk melibatkan dunia usaha dalam peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di Indonesia.
“Kita minta dunia usaha, bersama pemerintah mengepung agar diklat vokasi bisa memproduksi sumber daya manusia yang kompeten secara masif. Kita ingin lebih fokus dan lebih masif,” kata Hanif. (*)