Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Inspiratif Tiga Tokoh Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak akhir-akhir ini menyita perhatian pemerintah dan masyarakat.

zoom-in Kisah Inspiratif Tiga Tokoh Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
TRIBUNNEWS.COM/Fahdi Fahlevi
menteri KPPPA, Yohana Yembise saat membuka Program Three Ends di Kantor Bupati Halmahera Barat, Maluku Utara, Jumat (14/10/2016). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, HALMAMERA BARAT - Meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak akhir-akhir ini menyita perhatian pemerintah dan masyarakat.

Kekerasan terhadap perempuan dan anak memberikan dampak negatif dan luas tidak hanya terhadap korban, tetapi juga berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak.

Namun di tengah fenomena tersebut, hadir beberapa tokoh inspiratif yang mampu menggugah kesadaran masyarakat. Mereka adalah manusia pilihan yang mampu menggugah kecintaan kita terhadap perempuan dan anak.

Berikut tokoh-tokoh inspiratif tersebut:

1. Eko Supriyanto (Penari Madonna)

Sosoknya telah lama dikenal sebagai penari pendukung, Madonna. Kariernya di dunia internasional, tidak membuat dirinya melupakan Indonesia.

Berita Rekomendasi

Melalui kemampuan dan pengalamannya, Eko memberdayakan anak-anak dan remaja Halmahera Barat terutama daerah Jailolo untuk menjadi penari.

Eko sendiri adalah anak korban kekerasan dari orang tua. Namun pengalaman buruknya tersebut, membuat Eko tergerak untuk mengajari anak Jailolo menjadi penari.

"Tapi pengalaman tersebut membuat saya memiliki mimpi. Saya hanya memberi opsi kepada anak-anak bahwa mimpi tidak hanya di Jailolo, tapi juga di dunia," ujar Eko dalam acara Jelajah Three Ends di Kantor Bupati Halmahera Barat, Maluku Utara, Jumat (14/10/2016).

Keinginan Eko lahir dari keprihatinan terhadap bakat tari anak Jailolo. Akhirnya dirinya memutuskan untuk membuat tari Kontemporer Jailolo, bernama Bala-Bala.

Hasilnya tarian ini mampu mendunia setelah dipentaskan pada 14 festival tari di Eropa, Australia, dan Jepang. Tarian tersebut semua ditarikan oleh anak-anak dari Halmahera Barat.

Tahun ini, mereka mendapatkan kesempatan tampil pada tujuh festival internasional. Sejak Januari hingga September, kelompok tari Eko sudah diminta untuk tampil pada tur di Korea Selatan, Jepang, dan Australia.

2. Nona Taliawo (Aktivis Perlindungan Perempuan dan Anak)

Sosok Nona Taliawo sudah dikenal di wilayah Halmahera Barat. Dirinya dikenal sebagai aktivis anti kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Dirinya sebenarnya bukan asli Halmahera Barat, melainkan dari Biak, Papua. Namun dirinya tergerak untuk membentuk Forum Anak dan Perempuan pertama di Halmahera Barat.

Awalnya Nona membuat les gratis kepada anak di desa-desa di Halmahera Barat. Namun dirinya melihat banyak potensi anak-anak di bidang lain, maka dirinya membuka sekolah sepakbola dan kursus membatik.

Dalam perjalanan perjuangannya, Nona sempat mengalami hambatan finansial. Akhirnya Nona membuat kantin yang memberdayakan perempuan untuk mencukupi kebutuhan.

"Kita harus memulai dengan kesederhanaan. Kita bisa memberikan yang terbaik. Saya yakin semua mama pasti punya hati," ujar Nona.

Kini Nona memberdayakan perempuan untuk membentuk aktivis anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Aktivis ini diikuti oleh 10 orang.

Setelah adanya aktivis ini, tingkat kekerasan rumah tangga di Halmahera Barat menurun drastis.

3. Fauziah Madjid (Tokoh Pemberdaya Janda di Jailolo)

Sosok yang akrab disapa Bu Fau ini memiliki peran penting bagi perempuan Jailolo, Halmahera Barat. Dirinya memberdayakan 15 janda dari Desa Guamadu untuk bekerja di katering dan homestay miliknya.

Hal ini dilakukan Bu Fau sejak 2009. Janda-janda tersebut ada yang ditinggal nikah, ada pula yang ditinggal suaminya meninggal.

Berkat kegigihan Bu Fau, para janda ini mampu menyekolahkan hingga sampai jenjang kuliah.

"Kalau saya biarkan, saya takut mereka berbuat negatif. Bukan uang yang dicari tapi pahala," ujar Fauziah.

Ketiganya tampil pada seminar Three Ends. Program Three Ends ini bertujuan untuk mengakhiri kekerasan pada perempuan dan anak, menghentikan perdagangan orang, dan mengakhiri kesenjangan akses pada sumber daya ekonomi bagi perempuan.

Jelajah di Jailolo ini merupakan kota pertama dari tiga yang dipilih untuk menjadi kabupaten atau kota dalam penjangkauan masyarakat terkait edukasi dalam Three Ends.

Jelajah kedua akan berlangsung di Belitung pada 11-12 November dan Bandung pada 18-19 November.

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas