Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tiap Tanggal Tua, Jalan Ini Jadi 'Jalur Neraka', Rp 1 Juta Tak Cukup Bayar Pungli

Pungutan tersebut bisa berupa razia ilegal oknum polisi, jasa pengamanan preman hingga jembatan timbang di sepanjang perjalanan.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Tiap Tanggal Tua, Jalan Ini Jadi 'Jalur Neraka', Rp 1 Juta Tak Cukup Bayar Pungli
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
Truk yang hendak menyeberang ke Sumatra mengantre di depan Dermaga 5 Pelabuhan Merak, Banten. Kendaraan ini kerap menjadi obyek pemerasan oknum dan preman di Sumatera 

TRIBUNNEWS.COM -- Bagi para pengemudi angkutan umum, khususnya truk muatan, jalan lintas timur (jalintim) Sumatera telah lama dikenal sebagai jalur utama perjalanan melintas antar kota dari Pulau Jawa menuju Sumatera bagian utara.

Namun, di balik ramainya jalan tersebut untuk arus perdagangan, banyak orang dan oknum yang memanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan kelompok. Pungutan liar (pungli) di sepanjang jalan tersebut seperti sulit diberantas.

Seorang pengemudi truk, sebut saja Bolan (namanya minta disamarkan), mengatakan sudah sangat jengkel dengan pungli yang terjadi.

Bagaimana tidak, sejak truk menginjakkan roda di Pelabuhan Bakauheni (Lampung) hingga Medan ia mesti mengeluarkan uang secara sia-sia minimal Rp 1 juta.

Pungutan tersebut bisa berupa razia ilegal oknum polisi, jasa pengamanan preman hingga jembatan timbang di sepanjang perjalanan.

Ia menceritakan hal tu kepada Tribunnews.com, di Jakarta, Kamis (20/10/2016) malam, karena merasa sudah tidak tahan dengan pungutan tersebut.

Bolan menyebutkan, ada belasan 'pos-pos' pungli, mereka harus memberikan 'mel' rata-rata Rp 10 ribu per pos.

Berita Rekomendasi

Namun, jalur yang paling 'mengerikan' bagi para sopir truk dan mobil bak terbuka terdapat di perbatasan Provinsi Lampung dengan Provinsi Sumatera Selatan.Nyali mereka jadi mengkerut dan selalu merasa was-was saat mulai memasuki wilayah Mesuji.

Bolan menggambarkan, di tempat itu baik preman maupun oknum petugas sama ganasnya.

"Bagi saya dan para sopir truk daerah Mesuji adalah 'neraka'. Kami selalu diperas baik oleh preman dan oknum petugas tanpa ampun. Oknum polisinya tiba-tiba menghentikan truk kami dan minta uang, kalau tidak dikasih akan ditilang tanpa menjelaskan pelanggaran yang kami perbuat," ujar Bolan yang mengaku sudah sangat geram.

Bolan mengaku pada pekan lalu, ia mesti mengeluarkan uang sebesar Rp 200 ribu untuk seorang oknum polisi yang tiba-tiba membuka pintu truknya, saat kendaraan berjalan lambat. Karena takut, maka ia mengabulkan permintaan tersebut.

Sementara untuk premannya, menjerat para sopir dengan dalih keamanan saat memasuki jembatan timbang. Menurutnya, di Mesuji ada dua jembatan timbang yang jaraknya hanya terpaut tidak kurang dari 5 kilometer.

Jembatan timbang pertama adalah Jembatan Sayur di jembatan Simpang Pematang yang ikut Lampung, sedangkan satunya lagi adalah jembatan Pematang Panggang.

Untuk melewati dua jembatan tersebut, biasanya ada orang-orang yang mengaku anggota ormas yang menawarkan diri untuk 'mengamankan' truk agar lolos dan bisa melanjutkan perjalanan. "Untuk dua jembatan itu mesti bayar pengamanan dan jembatannya paling tidak Rp 700.000," ujarnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas