Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PBB Jangan Hanya Bekerjasama dengan Eksekutif, Tetapi Juga Legislatif

Evita yang juga anggota Badan Kerja Sama Antar-Parlemen DPR RI ini menyebut, PBB perlu menerima pendanaan yang lebih pasti secara berkelanjutan.

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Dewi Agustina
zoom-in PBB Jangan Hanya Bekerjasama dengan Eksekutif, Tetapi Juga Legislatif
DPR RI
Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Evita Nursanty dan Zainudin Amali turut berpartisipasi dalam kegiatan Meeting of the OECD Global Parliamentary Network di Paris, Perancis, Rabu (12/10/2016), waktu setempat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang juga anggota tetap parlemen dunia untuk UN Affairs mewakili Asia Pacific Group, Evita Nursanty, menjadi salah satu panelis dalam Sesi Standing Committee Meeting on UN Affairs dengan topik Funding the UN: Indonesia's Perspectives.

Pertemuan ini merupakan rangkaian Sidang Parlemen Sedunia ke-135 atau 135th Inter-Parliamentary Union (IPU) Assembly and Related Meetings yang berlangsung pada 23-27 Oktober 2016 di Jenewa.

Evita yang juga anggota Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI ini menyebut, PBB perlu menerima pendanaan yang lebih pasti secara berkelanjutan.

Hal ini diperlukan agar PBB dapat menjalankan misinya, termasuk dalam rangka menyukseskan pencapaian SDGs.

Namun demikian, PBB dan lembaga-lembaga yang ada di bawahnya juga harus lebih efisien dan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas.

"Indonesia berharap PBB perlu menerima pendanaan yang lebih pasti secara berkelanjutan, namun kita juga meminta PBB dan lembaga-lembaga yang ada di bawahnya harus lebih efisien, transparan dan akuntabel," kata Evita dalam pernyataannya, Kamis (27/10/2016).

Indonesia merupakan anggota PBB yang aktif memberikan kontribusi. Pada 2015, total kontribusi Indonesia ke PBB mencapai Rp 366,8 miliar, atau sekitar 50 persen dari total kontribusi Indonesia ke seluruh lembaga internasional.

Pada dasarnya, Indonesia menerima banyak program dari PBB, terutama program pembangunan melalui UNDP.

Namun Evita menekankan bahwa program PBB di tanah air harus selaras dengan inisiatif dan prioritas pembangunan.

"PBB seharusnya lebih memperhatikan prioritas pembangunan nasional Indonesia dalam mendesain program-programnya. Bukan hanya dengan melibatkan eksekutif, tetapi juga legislatif," tutur Anggota Komisi I DPR RI itu.

Menurutnya, anggota DPR berkomunikasi dengan konstituennya secara intensif, sehingga mereka memahami kepentingan masyarakat.

Keterlibatan parlemen dalam penyusunan program PBB di Indonesia dapat memberikan hasil yang lebih efektif.

Namun disayangkan karena ternyata masih sulit bagi DPR untuk mengetahui secara rinci program-program PBB yang diperoleh karena mereka terdistribusi antar-kementerian, lembaga publik, kelompok masyarakat sipil, dan NGO, baik di tingkat pusat maupun daerah.

"Efektifitas program PBB yang dijalankan di Indonesia masih sulit untuk dievaluasi. Siapa saja yang menerima manfaat dari program PBB? Bagaimana hasilnya?" tanya Evita.

Menurut Evita, program PBB berasal dari iuran negara-negara anggotanya. DPR sesuai fungsinya, berhak untuk memonitor penggunaan anggaran negara, termasuk anggaran yang diserahkan ke PBB sebagai kontribusi Indonesia.

"DPR juga perlu menjalin komunikasi dengan UN Country Office di Indonesia," ujar Evita.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas