2 Narasumber Ini Terlibat Perdebatan Serius Soal Kinerja PTDI dan Kebutuhan TNI AU
Connie mengatakan, PTDI memiliki sejumlah catatan wanprestasi atas kewajibannya menyelesaikan sejumlah pembelian pesawat TNI Angkatan Udara.
Editor: Malvyandie Haryadi
Padahal, lanjutnya, industri pertahanan itu tidak cukup hanya masalah anggaran saja yang diukur.
“Akan tetapi juga adalah bagaimana transparansi teknologi dan R&D yang terjadi. Ini penting, karena bila sebuah BUMN atau BUMS berbohong kepada publik tentang apa yang sudah dicapai secara teknologi maupun R&D-nya, maka itu pula yang akan menjadikan industri pertahanan mati. Dia menembak dirinya sendiri.”
Connie juga menekankan bahwa industri pertahanan haruslah memperhatikan kebutuhan pengguna, toh yang memakainya juga nanti pengguna.
“Maka saya heran, kok PTDI memaksakan penggunaan C295 atas nama Indonesia, kepentingan Indonesia, padahal yang dibutuhkan oleh TNI AU adalah Spartan,” jelas Connie.
Angkatan Udara penting
Setelah Connie, giliran Tjipta Lesmana naik mimbar dan menyampaikan pandangan dengan durasi waktu yang sama. Ia memulai dengan menyatakan keheranannya mengapa perwakilan dari PTDI tidak hadir dalam FGD ini.
“Saya memang sudah menduga, PTDI tidak akan hadir karena forum ini akan menghajar PTDI habis-habisan,” ujar Tjipta Lesmana. “Saya juga mengerti mengapa Ibu Connie menyentil saya tadi, karena saya menulis kritikan terhadap KSAU yang memilih helikopter AW101,” ujarnya.
Tjipta Lesmana menekankan bahwa pada dasarnya ia setuju sekali kalau Indonesia harus punya Angkatan Udara yang kuat.
“Perlu semua tahu, saya dari dulu juga pengagum Angkatan Udara. Saya juga tahu bahwa Indonesia posisinya terjepit. Indonesia ini ibarat sandwich sebenarnya. Dijepit oleh kekuatan di utara dan selatan. Negara-negara di sekitar Indonesia ini tidak suka dengan Indonesia. Untunglah kita sampai saat ini masih aman,” urai Tjipta Lesmana seraya mengatakan bahwa dirinya selama 12 tahun mengajar di Sesko TNI dan kenal dekat dengan perwira-perwira tinggi TNI.
Saya setuju kita harus punya pesawat tempur yang hebat, karena kalau perang pecah yang dominan itu bukan lagi laut atau darat, tetapi udara.
“Masalahnya, kita ini doku dari mana, Pak? Dari mana duitnya, Pak? Saya sudah lama concern dengan utang negara,” kata Tjipta.
Tjipta Lesmana tidak menampik bahwa di PTDI terdapat banyak masalah. “Ada lah, tidak perlu saya buka di sini. Tapi saya tidak setuju apabila PTDI kita hajar habis-habisan. Ingat PTDI ini punya negara. Ini punya Indonesia. Kenapa kita tidak duduk bersama? Kita perkuat aset bangsa ini?”
Saat menyoroti soal heli AW101 Tjipta Lesmana mengatakan, “Kalau saya lihat heli ini jadi masalah karena heli ini dibeli untuk VVIP. Untuk apa? Jokowi tidak butuh. Tapi kalau untuk alutsista mungkin oke juga. Hanya saja biayanya harus dipertimbangkan,” lanjut Tjipta.
PENULIS: Roni Sontani/Angkasa
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.