Akbar Tandjung Sayangkan Istilah Akuisisi di Dunia Politik
Wakil Ketua Dewan Kehormatan Golkar Akbar Tandjung menyayangkan istilah akuisisi atau marger partai di dunia politik.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Kehormatan Golkar Akbar Tandjung menyayangkan istilah akuisisi atau marger partai di dunia politik.
Menurutnya, istilah tersebut lebih tepat digunakan di dunia bisnis
"Partai yang punya finansial bagus bisa akuisisi partai lain, jadi dia bisa ikut pemilu. Itu kan familiar di dunia bisnis," kata Akbar dalam keterangan pers, Jumat (11/11/2016).
Politikus Golkar itu menilai akuisisi sama dengan memperjualbelikan partai politik itu.
Tetapi, Akbar tidak dapat mencegah fenomena yang muncul di era reformasi.
"Sistem politik itu memang dimungkinkan karena memang terbuka dan demokratis. Tapi, mana mungkin istilah akuisisi diterapkan ke politik. Sama saja membeli atau menguasai," katanya.
Sebelumnya diketahui, Partai Idaman berencana mengakuisisi partai lama yang berbadan hukum setelah dinyatakan tidak lolos oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Mantan Ketua KPU Ramlan Surbakti menuturkan persaingan antar partai yang tidak mementingkan kadernya mirip sebuah event organizer (EO).
"Partai politik sekarang sudah seperti EO, bukan peserta Pemilu lagi," ujar Ramlan.
Ia mengatakan sejumlah partai hanya bersaing untuk mendapatkan calon yang bisa diusung sebagai legislatif, kepala daerah atau presiden.
Padahal, terdapat hal-hal yang perlu ditekankan terkait ideologi partai.
"Sekarang partai bersaing, menentukan calon. Terkait reputasi personal, kita lebih mengenal tokohnya daripada program dan rancangan partai itu sendiri," katanya.