Jokowi: Indonesia Bersyukur Memiliki Pancasila yang Mempersatukan
Presiden Joko Widodo mengajak para hadirin untuk sejenak melihat sejarah bangsa.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Catatan sejarah telah membuktikan betapa hebatnya bangsa Indonesia. Cukup banyak kejayaan bangsa yang terangkum dalam masa emas sejumlah kerajaan di wilayah Nusantara.
Namun, yang paling dibanggakan oleh masyarakat Indonesia tidak lain ialah warisan ideologi Pancasila yang mampu mempersatukan keragaman bangsa hingga kini.
Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo saat menghadiri acara Silaturahim Nasional (Silatnas) Ulama Rakyat "Doa untuk Keselamatan Bangsa" di Ecovention Ancol, Jakarta, Sabtu (12/11/2016).
Presiden Joko Widodo, yang saat itu tampak mengenakan jas hitam dengan kemeja putih berpadu sarung, mengajak para hadirin untuk sejenak melihat sejarah bangsa.
Pada masa jayanya, sejumlah kerajaan di wilayah Nusantara mampu mempersatukan beberapa wilayah di Indonesia dan memiliki pengaruh yang besar.
Namun demikian, menurut Presiden, terdapat hal yang patut disyukuri dan dibanggakan bangsa Indonesia oleh karena manfaat yang tak lekang dimakan waktu, yakni warisan ideologi Pancasila.
"Tetapi menurut saya yang patut kita syukuri ialah kita memiliki pemimpin yang hebat, pemimpin besar Insinyur Soekarno, yang telah mewariskan ideologi Pancasila kepada kita semuanya. Ini merupakan Pancasila, sebagai kekuatan, sebagai alat pemersatu kita karena kita harus sadar negara kita beragam dan bermacam-macam," ujar presiden.
Pancasila pada akhirnya telah mempersatukan keragaman suku, budaya, dan bahasa di Indonesia. Oleh karena Pancasila pula keragaman tersebut terjamin keberlangsungannya. Maka itu, Presiden Joko Widodo berpesan agar seluruh pihak dapat terus menjaga dan merawat persatuan dalam segala kebhinnekaan.
"Saya sebagai Presiden, sebagai Kepala Negara, dan kita semuanya tugasnya adalah menjaga agar prinsip-prinsip dalam Pancasila itu tetap utuh, harus tetap utuh. Kalau tidak, kita tidak bisa bayangkan karena terdapat berbagai macam suku, agama, ras kita ini," terangnya.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, presiden sempat menyinggung soal aksi demonstrasi yang berlangsung beberapa waktu lalu.
Menurutnya, negara menjamin hak-hak warganya untuk turun menyampaikan pendapat selama berada dalam koridor aturan dan etika yang berlaku. Meski demikian, perbedaan pendapat yang disampaikan tersebut tak lantas menjadi sebuah legitimasi bagi upaya-upaya yang ingin merusak kebersamaan bangsa yang selama ini telah terjalin.
"Oleh sebab itu, pada kesempatan baik ini saya perlu ingatkan kita semuanya mengenai kebersamaan kita sebagai bangsa. Jangan sampai ada yang ingin merusak kebersamaan ini, jangan sampai ada yang ingin memecah belah kita," tegas presiden.
Presiden melanjutkan bahwa sesungguhnya masyarakat Indonesia selalu ingin menikmati indahnya kedamaian.
Dirinya berharap agar masyarakat dapat saling melindungi dan menghormati satu sama lain. Sebab, persaudaraan yang terjalin di tengah perbedaan merupakan suatu anugerah yang telah Allah berikan kepada bangsa Indonesia.
"Mestinya yang mayoritas melindungi minoritas, yang minoritas juga melindungi mayoritas. Saling menghargai, saling menghormati. Kalau tidak, tidak akan sambung," ucapnya.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga sekali lagi menekankan komitmennya terhadap upaya penegakan hukum di Indonesia. Di hadapan para ulama, habaib, dan kyai dalam acara silaturahim tersebut, presiden menegaskan bahwa dirinya tidak akan melakukan intervensi dan melindungi petahana Gubernur DKI Jakarta.
"Sudah saya sampaikan, saya tidak mau mengintervensi masalah hukum (Ahok). Serahkan saja ke proses hukum. Ini kan sudah diproses, sebelum demo juga sudah diproses. Saksi-saksi sudah ditanya, saksi ahli sudah didatangkan," tegasnya.
Hadir mendampingi presiden dalam acara tersebut di antaranya Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar serta KH Dimyati Rois.