Meski Sederhana, Ultah Kedua PSI Terasa Modern dan Muda
Memberikan kata sambutan, Ketua Umum PSI Grace Natalie mengungkapkan rasa syukur atas lolosnya PSI dalam verifikasi Kemenkumham beberapa waktu lalu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bertepatan dengan ulang tahun kedua Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dilakukan juga peresmian kantor DPP PSI di Jl Wahid Hasyim 194 Jakarta Pusat, pada Rabu (16/11/2016).
Memberikan kata sambutan, Ketua Umum PSI Grace Natalie mengungkapkan rasa syukur atas lolosnya PSI dalam verifikasi Kemenkumham beberapa waktu lalu.
“Setelah sukses pada tahap tersebut, kita harus mengulang kembali sukses verifikasi KPU pada 2017 mendatang. Setelah sekian lama berkantor di internet, akhirnya PSI menempati kantor sebenarnya” kata Grace optimis.
Tapi Grace juga mengingatkan agar kader-kader PSI tidak lengah, karena perjuangan makin berat menuju Pemilu 2019.
“Ulang tahun kedua PSI ini juga menjadi ajang bagi anak-anak muda Indonesia untuk menulis cerita baru,” lanjut Grace.
Menurut Grace, PSI yang semula dianggap bukan ancaman bisa menjadi kuda hitam.
Acara berlangsung sederhana namun akrab dan moderen. “Mari kita bergembira ria di rumah baru PSI, mari kita isi cerita baru dengan kisah yang positif bahwa Indonesia selalu punya harapan,” tandas Grace.
Terkait kekerasan bernuansa intoleransi yang terjadi baru-baru ini di Samarinda diharapkan dapat ditindak tegas oleh Presiden Jokowi, kata Grace.
Grace mengakhiri pidato dengan memotong tumpeng, yang diberikan kepada sejumlah perwakilan DPW dan DPD, di antaranya dari Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
PSI juga memberikan hadiah kepada peserta lomba menulis esai bagi anak-anak muda, bekerja sama dengan Qureta. Salah satu juri adalah novelis perempuan Okky Madasari.
“Kami menerima lebih dari enam ratus esai, penulis memilih bermacam-macam topik. Sulit menentukan pemenang, akhirnya dewan juri memutuskan Arjuna Putra Aldino keluar sebagai pemenang, Arjuna mengangkat judul “Menghadirkan Politik Perempuan Yang Otentik,”.
Juara kedua ditempati oleh Anggar Sandhy Perdana dengan judul esai “Politik Virtual dan Matinya Politik”.
Sementara pemenang ketigs tidak sempat hadir Kurnia Gusti Sawiji dengan judul “Bisakah Politik Menjadi Akhir Alam Semesta.”
Demikian dijelaskan Andi Saiful Haq salah satu juri lomba menulis Esai Politik yang hadir.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.