Prabowo soal Jokowi: Beliau Pernah Menjadi Rival Saya, Tetapi Kita Tetap Bersahabat
Dalam perbincangan itu Presiden dan Prabowo membahas berbagai masalah kebangsaan hingga perkembangan perekonomian global.
Penulis: Hasanudin Aco
"Beliau (Joko Widodo) pernah menjadi rival saya, tetapi kita tetap bersahabat. Jadi masalah perbedaan politik itu hal yang biasa, tidak boleh jadi masalah perpecahan yang berkelanjutan. Kita bertekad berdua begitu, jadi saya juga siap untuk memberi masukan setiap saat. Beliau sangat terbuka. Jadi itu suasana yang sangat baik yang kita capai," ucap Prabowo.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang ancaman disintegrasi Indonesia, Prabowo menegaskan bahwa ancaman itu selalu ada. Karena itu bangsa Indonesia harus selalu waspada.
"Kalau kita melihat sejarah, ancaman tersebut tidak pernah hilang. Terlalu banyak di sekitar kita yang iri dengan kekayaan kita. Ini membuat kita lebih waspada. Jadi kita tidak boleh terpancing dan membahayakan keutuhan dan persatuan nasional," jawabnya.
Prabowo menekankan satu hal. Meskipun sudah bersepakat dengan Presiden untuk menciptakan kesejukan bagi bangsa Indonesia, tak berarti Partai Gerindra akan berhenti menyampaikan kritik pada pemerintah.
Demokrasi dan pemerintah disebutnya membutuhkan kritik agar menghasilkan kebijakan yang tidak merugikan rakyat.
"Pak Jokowi tidak pernah meminta Gerindra tidak mengkritik. Pak Jokowi juga tidak takut dengan kritik. Beliau tidak minta kami 'membeo', demokrasi yang modern bukan bebek," tegasnya yang disertai anggukan kepala dari presiden sebagai tanda setuju.
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo sempat mengutarakan pandangannya seputar isu aksi unjuk rasa yang kabarnya akan digelar pekan mendatang.
Ia tidak memungkiri bahwa masyarakat Indonesia yang majemuk ini masih membutuhkan figur yang dapat membawa kesejukan di masyarakat. Oleh karenanya, ia mengajak seluruh tokoh bangsa untuk bersama menjaga kemajemukan dan ketenteraman bagi bangsa Indonesia.
"Jadi karena itulah menurut pendapat saya setiap tokoh harus benar-benar menjaga kesejukan, ketenangan, dan tutur kata supaya rakyat kita tidak emosional. Bangsa kita kan bangsa yang cukup emosional. Terbawa perasaan, terbawa sakit hati. Kalau sudah disakiti lama sembuhnya. Ya kan?" terangnya.
Meski demikian, Prabowo menyanggah bahwa pertemuan keduanya dimaksudkan untuk meredam rencana aksi unjuk rasa tersebut. Sebagai negarawan, ia merasa berkewajiban untuk menjaga kesejukan kapanpun dan di manapun itu.
"Saya tidak akan malu-malu untuk mengatakan bahwa saya terus menerus berusaha untuk mengurangi ketegangan. Mau tanggal 25, atau tanggal lainnya, saya merasa kewajiban saya sebagai pimpinan organisasi partai politik untuk selalu menganjurkan kesejukan. Kita butuh kesejukan untuk Indonesia membangun. Tidak gampang, jadi kita harus bahu-membahu. Pemerintah juga butuh kritik, tapi tidak destruktif, tidak menjegal," tegas Prabowo.
"Saya sudah katakan, saya tidak akan menjegal Bapak (Joko Widodo) karena saya yakin Bapak 'Merah Putih'. Dan saya pegang komitmen saya. Jadi kritik itu bagus asal tidak destruktif dan tidak mengarah ke kekerasan. Itu yang harus kita hindari sebagai bangsa," ucapnya.
Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto merupakan pertemuan yang kedua kalinya dilakukan dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo bersilaturahim dengan Prabowo di kediaman pribadinya di Hambalang.