Cerita Megawati Diadang Preman hingga 'Diusir' saat Berkunjung ke Puncak Jayawijaya
Salah satu kisah berkesan bagi Presiden kelima RI ini, adalah saat ia diadang oleh sejumlah preman.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menceritakan pengalaman politiknya selama puluhan tahun.
Dia menceritakan pengalamannya itu saat memberikan pembekalan tim monitoring Pilkada Serentak 2017, di Kantor DPP PDI-P, Lenteng Agung, Jumat (18/11/2016).
Salah satu kisah berkesan bagi Presiden kelima RI ini, adalah saat ia diadang oleh sejumlah preman. Megawati tak menceritakan persis kapan peristiwa itu terjadi.
Namun ia mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi saat ia masih muda.
"Waktu saya seumuran kalian, saya preman lho. Mana mungkin PDI-P bisa begini kalo saya lemes-lemes," kata Megawati dalam keterangan tertulis DPP PDI-P, Jumat malam.
"Gini-gini saya pernah dihadang dan mau dikurung para preman pas ada konferda. Saya tanya, 'kalian berani bunuh saya ya'. Kok waktu itu saya ngomong, kok enggak kayak mikir ya,” ucap Megawati kepada 200 kader yang hadir.
Megawati juga sempat menceritakan mengenai pengalamannya berkunjung ke puncak Jayawijaya, Papua.
Menurut dia, banyak masyarakat yang hadir dari berbagai daerah dan lembah, meskipun harus menempuh waktu berhari-hari.
Lebih repotnya, saat pertemuan digelar, banyak yang tidak bisa berbahasa Indonesia.
"Saya akhirnya meminta satu orang untuk menjadi penerjemah. Tapi orang itupun ngaku tak sepenuhnya mengerti Bahasa Indonesia," ucap Megawati.
Saking banyaknya yang hadir, kata Megawati, tuan rumah pun kerepotan karena harus menyediakan makanan kepada tamu yang datang dari berbagai wilayah itu.
"Saya sampai diminta untuk segera pulang. Saya tanya kok saya mau diusir segera pulang. Eh, enggak tahunya dia ngaku kerepotan ngurusin makanan mereka," cerita Megawati sambil tersenyum.
Megawati pun meminta tim monitoring selama di daerah untuk santun dan tidak sok tahu.
Megawati juga mengingatkan para kadernya untuk selalu bersemangat dan tidak mudah goyah dengan situasi yang dihadapi di lapangan.
"Rakyat ngomong apa dengarkan dan beri masukan ke mereka. Karena kalian akan ketemu bermacam tipe manusia," imbau Megawati.
Merasa sudah hampir dua jam memberikan pengarahan dan berbagai pengalamannya memimpin PDI-P, Megawati pun mengakhiri pengarahannya.
"Saya ini ketua umum lho. Iki kok disuruh pidato terus sama Sekjen. Kalau pengacara itu bicara setengah jam, satu jam ada bayarannya lho. Tapi saya memang senang (pidato) karena bisa ketemu banyak orang, ketemu rakyat," ucap Megawati.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto bersama Ketua DPP Djarot Saiful Hidayat dan Bambang DH turut hadir mendampingi Megawati memberikan pembekalan kepada peserta dari berbagai daerah itu.
Sementara itu, Hasto mengingatkan peran tim monitoring Pilkada Serentak sangat penting. Ia mengingatkan kepada tim untuk memonitor 101 daerah yang akan mengikuti Pilkada Serentak 2017 dengan baik.
"Indonesia itu terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dan di antaranya bertebaran puluhan ribu pulau. Jadi jangan melihat Indonesia hanya dari Jakarta saja. Karena itulah tim monitoting bertugas untuk melihat Indonesia dengan sebenar-benarnya. Indonesia yang begitu beraneka," ucap Hasto. (Kompas.com/Ihsanuddin)