Politikus PDIP Nilai Pembubaran Acara Natal di Bandung Wujud Intoleransi
Pembubaran itu mengabaikan perjalanan panjang kehidupan kerukunan umat beragama di Indonesia
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pembubaran acara Natal di Bandung oleh massa Pembela Ahli Sunnah (PAS) dinilai wujud intoleransi. Pasalnya, pembubaran itu mengabaikan perjalanan panjang kehidupan kerukunan umat beragama di Indonesia yang merupakan komitmen kebangsaan Indonesia dalam falsafah dasarnya Pancasila.
"Saya hanya ingin mengingatkan pesan pendiri bangsa ini, bahwa Indonesia didirikan bukan untuk satu golongan atau satu agama, tapi untuk semua warna negara. Kesadaran akan adanya kebhinekaan adalah penting mengingat hanya dengan menyadari bahwa di atas kebhinekaan inilah Indonesia berdiri. Hanya dengan bersatu Indonesia bisa bergerak maju," kata Anggota Komisi VIII DPR Diah Pitaloka melalui pesan singkat, Rabu (7/12/2016).
Diah Ptaloka mengapresiasi Polrestabes Bandung dan Dandim 0618/BS yang segera tanggap menengahi peristiwa tersebut. Politikus PDIP itu berharap aparat pemerintah dan semua elemen masyarakat bisa menjaga suasana yang damai dan sejuk bagi seluruh warga.
Diketahui, Selasa (6/12/2016) sore, massa Pembela Ahli Sunnah (PAS) membubarkan kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Natal di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung. Massa PAS masuk ke ruang auditorium dan membubarkan jemaat yang sedang menyanyikan kidung di atas panggung.
"Tantangan yang dihadapi bangsa ini makin berat. Jangan sampai kita hanya bertikai sendiri dan tidak siap bersaing dengan negara lain. Persatuan dan kekompakan adalah modal dasar supaya kita tidak tertinggal dari negara-negara tetangga," kata Diah Pitaloka.