Kak Seto dan Kak Heni Pulihkan Trauma Anak-anak Korban Gempa Aceh
Mensos berharap tim Psikososi dapat melakukan penyembuhan trauma lebih dini dan menggunakan metode yang tepat
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pidie Jaya (15 Desember 2016) - Pemerhati anak sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi memberikan penguatan kepada Tim Psikososial Kementerian Sosial RI dalam upaya memulihkan dan menyembuhkan trauma anak-anak korban gempa Aceh.
"Kak Seto merupakan bagian dari tim Kemensos. Beliau kita libatkan untuk membantu mempercepat pemulihan trauma anak-anak karena beliau sudah berpengalaman dalam penanganan psikososial anak-anak korban bencana," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Mensos berharap tim Psikososi dapat melakukan penyembuhan trauma lebih dini dan menggunakan metode yang tepat agar korban bisa segera dipulihkan.
Pria yang akrab disapa Kak Seto ini tiba di Pidie Jaya, Rabu siang bersama Kak Henny yang juga akan menghibur anak-anak korban gempa. Ini merupakan kedatangan yang kedua kalinya, setelah sebelumnya pada Kamis (8/12) atau sehari setelah gempa ia terbang ke Aceh untuk segera memastikan penanganan trauma anak-anak.
Sebanyak 33 anggota Tim Psikososial terdiri dari TAGANA, Dosen Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Sakti Peksos (Satuan Bakti Pekerja Sosial), Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), TKSK dan para relawan sosial.
Kak Seto mengatakan terapi psikososial bagi korban gempa Aceh terutama anak-anak harus dilakukan sedini mungkin. Sebab luka jiwa yang membekas pada anak-anak akan menimbulkan perasaan mudah takut, mudah curiga, tidak percaya, hingga tidak bisa bekerja sama.
"Dengan treatment psikologis yg lebih awal ibaratnya luka ya segera diobati jadi tidak membekas terlalu dalam," tambahnya
Tim Kemensos juga melibatkan kalangan profesional yakni Psikolog dan Pekerja Sosial di Aceh. Tim juga akan melakukan monitoring secara terus menerus perkembangan pemulihan anak-anak minimal hingga tiga bulan ke depan.
Santunan korban jiwa
Selain memberikan trauma healing kementrian sosial juga telah menyelesaikan santunan bagi 103 jiwa yang meninggal dunia. "Santunan sebesar 15 juta rupiah kepada ahli waris. Semua telah diselesaikan," tegas mensos.
Lebih lanjut Mensos mengaku telah memberikan santunan sebesar 5 juta rupiah kepada 168 luka berat dan membantu pengobatan 600 orang luka ringan. Dana santunan bagi korban luka berat diserahkan langsung kepada para korban di Rumah Sakit dan tempat pengungsian.
Kementrian Sosial juga akan menyalurkan bantuan hidup sebesar 10 ribu selama 90 hari perjiwa. " Bantuan ini akan diberikan setelah masa tanggap darurat dinyatakan selesai," lanjut mensos.
Disela-sela kunjungannya di daerah terdampak bencana, khofifah juga melakukan pencairan dana Program Keluarga Harapan bagi warga kabupaten Pidie.
Jumlah penerima PKH di Kabupaten Pidie sebanyak 15.223 keluarga dengan total bantuan senilai Rp 22.456.930.000. Demikian disebutkan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Harry Hikmat.
Istimewanya, para penerima bantuan sosial PKH bersama para pendamping dan operator PKH di tujuh kota/kabupaten di Aceh menggalang solidaritas sosial untuk membantu korban gempa bumi pada Rabu, 7 Desember lalu.
Khofifah mengatakan inisiatif para penerima PKH serta tim pendamping dan operator PKH ini merupakan langkah yang sangat positif dan patut dicontoh.
“Di tengah-tengah keprihatinan karena musibah gempa, para penerima PKH berempati terhadap saudara-saudaranya yang tertimpa musibah. Ini adalah keteladanan bagi kita semua,” katanya.
Penggalangan dana dilakukan pada 8-13 Desember. Dana yang terkumpul sebesar Rp 30.998.000. Bantuan yang disalurkan dalam bentuk pakaian layak pakai untuk dewasa dan anak-anak, perlengkapan bayi, perlengkapan mandi, perlengkapan salat, beras, pembalut wanita, matras, kain batik panjang, biskuit, susu, dan mi instan. Selain itu, Kemensos menambah 2 dapur umum, 2 unit mobil, serta 1 unit motor untuk meningkatkan mobilisasi penanggulangan bencana.