Kementerian Agama Kembangkan Program Keahilan Madrasah Aliyah
Sekitar 32 persen lulusan Madrasah Aliyah (MA) tidak melanjukan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, GARUT – Sekitar 32 persen lulusan Madrasah Aliyah (MA) tidak melanjukan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Bahkan, banyak alumni aliyah yang tidak memiliki keterampilan setelah lulus dan kesulitan saat akan mencari pekerjaan.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, sejumlah MA kini telah memiliki kurikulum keterampilan. Nantinya para siswa memiliki keunggulan seperti siswa SMK dan bisa bersaing saat akan mencari pekerjaan.
Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Prof Nur Kholis Setiawan, menuturkan sejak 1994 Kemenag telah mengembangkan program keahlian di MA.
Hingga kini sudah ada 234 MA yang telah mengembangkan berbagai program keterampilan. Mulai dari elektro, tata busana, dan otomotif.
"Salah satunya program keterampilan yang telah dikembangkan di MAN 1 Garut. Para siswa bukan hanya mendapat pelajaran biasa, tapi mereka juga harus memilih satu program keterampilan yang ada di sekolah," ujar Nur Kholis usai meninjau program keterampilan di MAN 1 Garut, Jumat (16/12/2016).
Dalam acara tersebut sekaligus dilakukan Sarasehan dan Temu Wartawan dengan tema 'Madrasah Ketrampilan Menjawab Tantangan Dunia Usaha dan Industri'.
Madrasah keterampilan, kata dia, merupakan percontohan MA yang mengembangkan keunggulan kompetitif di bidang keterampilan atau kejuruan. Untuk mendukung program ini, Direktorat Pendidikan Madrasah mengalokasikan anggaran dana pengembangan-pengembangan keterampilan di MA tersebut.
"Contohnya di MAN 1 Garut ini kami alokasikan pada 2017 anggaran sebesar Rp 1,5 miliar. Dana itu bisa digunakan untuk membeli peralatan baru. Tadi saya lihat banyak alat yang sudah lama dan memang harus diganti. Biar sesuai dengan perkembangan zaman," katanya.
Tidak hanya itu, untuk menjawab tantangan zaman di dunia usaha, tutur Nur Kholis, Kemenag juga berencana membuka Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) di enam provinsi.
Yakni Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, Bintuhan Kaur Bengkulu, Rokan Hulu Riau, Aceh Timur Aceh, Samarinda Kalimantan Timur dan Atambua Nusa Tenggara Timur pada 2016 sampai 2018.
Pihaknya pun mendorong revitalisasi sarana dan prasarana pada madrasah keterampilan ini. Kurikulum keterampilan di setiap sekolah pun akan disesuaikan dengan potensi daerah dan dikombinasikan dengan kurikulum pusat.
MAK yang menggunakan anggaran Kemenag ini, lanjutnya, menawarkan program-program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing. Di Riau, misalnya, MAK yang dibangun di Kabupaten Rokan Hulu adalah di bidang pertanian.
"Pembangunan MAK merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah sekolah kejuruan demi suksesnya program wajib belajar 12 tahun. MAK dipilih setelah diketahui bahwa banyak siswa yang berhenti sekolah setelah lulus dari madrasah tsanawiyah," ucapnya.
Sementara itu, Kepala MAN 1 Garut, Yepi Agus Gunardi, menyebut jika sekolahnya sudah sejak 1984 mengadakan program keterampilan. Mulai dari otomotif, elektro, dan tata busana. Dalam menjalankan program tersebut, diakui Yepi ada kendala yang dihadapi pihaknya.
"Kendalanya itu seperti dari sarana yang ada di sekolah. Selain itu dari sisi regulasi juga agak terhambat," ucap Yepi.
Namun kini masalah regulasi telah diatasi setelah mendapat dukungan dari pemerintah. Setelah regulasi keterampilan lahir, pelajaran yang diberikan pun cukup padat.
"Alhamdulillah sekarang kita juga mendapat dukungan dana untuk revitalisasi. Dana itu akan digunakan untuk update alat. Seperti mesin di program otomotif belum injeksi. Masih mesin yang lama," katanya.
Pihaknya pun berharap ada bantuan yang lain. Seperti hasil karya siswa di program tata busana terkait pemasarannya. Hal tersebut masih menjadi kelemahan yang dirasakan pihak sekolah.