Twitter Ibas: Wahai Rakyatku dan Saudaraku, Janganlah Kita Larut dalam Demokrasi yang Menyesatkan
"Wahai Rakyatku & Saudara ku. Janganlah kita larut dlm Demokrasi yg Menyesatkan (Fitnah). Masih bnyk cara yg lebih Ksatria menuju satu tujuan,"
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putera bungsu Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) ikut menanggapi pernyataan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar.
Ibas, demikian sapaannya, memberikan tanggapan melalui akunnya di twitter terverifikasi @Edhie_Baskoro, Selasa (14/2/2017).
"Kampungan, Sangat tidak berkelas Fitnah Keji Antasari kepada @SBYudhoyono . Busuk! Sangat terbaca segala motif penzoliman ini #AAGateFitnah," demikian kicauan Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat itu satu jam yang lalu.
Lebih lanjut ia mengajak warga negara untuk tidak larut dalam demokrasi menyesatkan atau fitnah.
"Wahai Rakyatku & Saudara ku. Janganlah kita larut dlm Demokrasi yg Menyesatkan (Fitnah). Masih bnyk cara yg lebih Ksatria menuju satu tujuan," tulis Ibas.
Sebelumnya Antasari membeberkan mengenai isu 'permainan' Informasi Teknologi (IT) KPU pada Pemilu 2009.
Antasari bahkan menyebut, ada keterlibatan Putra SBY, Ibas dalam kasus tersebut.
Antasari menyebutkan, pada 2009 ada laporan tentang persoalan IT di KPU.
Bahkan, kata dia, laporan tersebut melibatkan Ibas.
"Yang mengadakan alat IT KPU itu salah satu putra SBY, Ibas pengadaan IT KPU," kata Antasari saat wawancara eksklusif dengan Metro TV seperti dikutip Tribunnews.com, Selasa (14/2/2017).
Antasari menceritakan, dugaan keterlibatan Ibas itu berupa laporan ke KPK.
Mantan Ketua KPK itu tidak menyebutkan siapa yang melaporkan itu.
Antasari pun hendak mengusut kasus itu, sayang dirinya sudah lebih dulu ditangkap karena terlibat kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnain, yang disebutnya kasus ini bentuk kriminalisasi SBY.
"Informasi masuk ke kita seperti itu, kita telusuri, tetapi belum sampai ke sana, saya sudah masuk duluan," jelasnya.
Antasari menjelaskan pula bahwa saat ingin mengusut kasus ini, penghitungan Pileg 2009 sedang berlangsung.
Menurut Antasari lebih lanjut, saat itu dirinya mengirim Wakil Ketua KPK, Haryono Umar untuk bertanya kepada KPU.
Saat itu IT KPU memang kerap bermasalah, sehingga diputuskan untuk digrounded.
"Kita masih penyelidikan pengumpulan data, makanya saya utus Pak Haryono ke KPU, kita masih pengumpulan data, kan asumsi timbul apa dibeli alat rusak, kenapa digrounded alat belinya apa sudah rekayasa sehingga hitung eror terus," katanya.