Politisi Demokrat Sebut Kepolisian Fasilitasi Antasari Rusak Wibawa SBY
Wakil Ketua Komisi III DPR dari Demokrat Benny K Harman menyinggung Mantan Ketua KPK Antasari Azhar saat rapat dengan Kapolri.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi III DPR dari Demokrat Benny K Harman menyinggung Mantan Ketua KPK Antasari Azhar saat rapat dengan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian.
Awalnya, Benny mengingatkan pemilihan Kapolri melibatkan 10 fraksi yang ada di DPR.
Demokrat juga mendukung Tito sebagai Kapolri.
"Karena menghargai prerogatif Presiden yang mengajukan calon Kapolri yang dilihat tidak lazim didalam tubuh kepolisian. Dukungan itu sebagai bentuk apresiasi terhadap Kapolri pada saat itu," kata Benny di ruang rapat Komisi III DPR, Gedung DPR, Jakarta, Rabu (22/2/2017).
Baca: Bareskrim Polri Mulai Penyelidikan Kasus Laporan Antasari
Baca: Rencana Pemanggilan SBY dan Antasari Azhar
Benny menuturkan Polri haruslah independen dan non partisan.
Ia pun mengapresiasi Kapolri yang berhasil menciptakan iklim politik kondusif saat penyelenggaraan Pilkada Serentak 2017.
Namun, Benny mencatat adanya anggota yang memainkan mata baik secara langsung dengan cara halus sampai kasar.
"Apakah ada cara-cara halus yang mengesankan institusi Polri netral. Invisible hand menenangkan pasangan tertentu. Contoh pertama kepolisian memfasilitasi Antasari Azhar menjadikan Mabes Polri untuk Antasari merusak kewibawaan Presiden ke-6 (Susilo Bambang Yudhoyono)," kata Benny.
"Kejam, politik kejam tapi yang lebih kejam institusi kepolisian yang saudara pimpin. Setelah saudara Antasari Azhar eks-napi diterima karpet merah oleh Presiden lalu beliau (Antasari) mendatangi Bareskrim dia menginginkan Mabes untuk mendiskreditkan mantan Presiden ke-6 (SBY)," tambah Benny.
Benny menilai tujuan akhir Antasari untuk menghancurkan citra salah satu pasangan calon di Pilkada DKI.
Ia pun meminta Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian untuk membongkar kasus tersebut sampai tuntas.
"Jangan bermain api jangan munafik. Saudara Kapolri, tahu atau tidak membiarkan memfasilitasi sekelompok masyarakat menggeruduk rumah pribadi mantan Presiden RI ke-6. Tujuannya sama. Keberpihakan secara halus. Kami punya mata hati kami punya telinga. Kesimpulannya ini difasilitasi," kata Benny.
Selain itu, Benny juga menyoroti penangkapan tokoh-tokoh yang dianggap makar.
Ia mengaku kaget mendengar penangkapan tersebut.
"Saya kaget yang ditangkap macan ompong, sedangkan macan punya gigi dibiarkan bahkan dipelihara, kalau sekedar menciptakan ketakutan ini bukan cara yang beradab, tidak berbeda dengan aksi terorisme," kata Benny.