Anggota Densus 88 yang Tewas Berantas Teroris Dianggap Syuhada, Keluarganya Akan Naik Haji Gratis
Pihak keluarga anggota Densus 88 akan mendapatkan penghargaan berupa pemberangkatan haji secara gratis dari pemerintah Arab Saudi.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –Pihak keluarga anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 akan mendapatkan penghargaan berupa pemberangkatan haji secara gratis dari pemerintah Arab Saudi.
Pemberian penghargaan itu merupakan bentuk apresiasi atas upaya Indonesia memberantas terorisme.
Rencana memberangkatkan haji para anggota keluarga Densus 88 itu diutarakan Raja Salman Abdulaziz kepada Kepala BNPT, Komjen Suhardi Alius, saat kunjungan BNPT ke Arab Saudi, pada beberapa waktu lalu.
Raja Salman menganggap anggota Densus 88 yang tewas ketika bertugas sebagai syuhada sehingga perlu diberi penghargaan.
Ansyaad Mbai, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) periode 2011-2014, menilai anggota Densus 88 layak mendapatkan penghargaan itu. Ini karena mereka melakukan pekerjaan berat selama mengabdi untuk negara.
“Anggota Densus itu ada beberapa tewas ditembak. Ada beberapa anak-anak kita yang sampai keluarga berantakan (bercerai,-red) karena tak pulang-pulang, mengejar ke Poso, Solo,” tutur Ansyaad, kepada wartawan, Jumat (24/2/2017).
Mantan Kepala Desk Koodinasi Pemberantasan Terorisme Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan itu mengklaim, sampai 2014 ada 1200 teroris ditangkap. Mereka tak hanya ditangkap, tetapi diproses hukum dan divonis di pengadilan. Artinya, terbukti melakukan tindak kejahatan.
Tak jarang, pada saat dilakukan penangkapan itu aparat kepolisian dan Densus 88 terlibat adu senjata api. Bahkan, aparat penegak hukum itu juga menjadi sasaran dari para pelaku teror itu. Beberapa diantaranya, seperti operasi memburu teroris di Poso dan Nanggroe Aceh Darussalam.
“Anggota Polri itu lebih kurang 100 orang korban meninggal dan luka-luka. Tersebar di seluruh Indonesia,” ujar pria yang masuk Akabri Pol Kepolisian tahun 1973 itu.
Namun, pemberian apresiasi atas upaya pemberantasan teroris itu berbanding terbalik dengan penerimaan sebagian masyarakat Indonesia. Menurut dia, ada sejumlah orang yang melecehkan pekerjaan anggota Densus 88.
Dia menjelaskan, mereka yang mencela beralasan upaya Densus 88 itu melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), alat propaganda Amerika Serikat, bahkan anggota disebut-sebut kafir.
“Masih ada pihak di dalam negeri membully densus dengan segala macam fitnah, seakan-akan alat Amerika. Kami berharap dengan apresiasi raja itu akan menambah semangat meningkatkan kinerja melindungi masyarakat dari ancaman teror yang ada,” tuturnya.
Sementara itu, Staf Ahli Deputi Pencegahan BNPT, Wawan Hari Purwanto, mengatakan pemberian penghargaan itu selain mempererat hubungan antara Arab Saudi dan Indonesia juga apresiasi kepada para personil yang gugur di medan perang.
“Penghargaan memperkuat emosional keluarga supaya diberi ketabahan. Gugur di medan tugas menurut keyakinan agama manapun jaminan surga,”tambahnya.