Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Jokowi Dikritik Karena Menyebut Demokrasi Kebablasan

besarnya arus informasi yang bahkan sudah menjadi 'tergenang' membuat masyarakat 'meledak'.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Presiden Jokowi Dikritik Karena Menyebut Demokrasi Kebablasan
Eri Komar Sinaga/Tribunnews.com
Kolumnis Hamid Basyaib 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kolumnis Hamid Basyaib mengkritik ucapan Presiden Joko Widodo mengenai Indonesia yang kini mengalami demokrasi kebablasan.

Hamid mengatakan tidak seharusnya Presiden Joko Widodo menyebut demokrasi kebablasan karena demokrasi itu sebenarnya tidak pernah kebablasan.

"Pak Jokowi meskipun dalam informal istilah kebablasan itu mestinya dihindari karena demokrasi tidak pernah kebablasan dimanapun di dunia ini. Jadi yang dia maksud itu bukan demokrasi, demokrasi tidak pernah surplus bahkan di banyak tempat selalu kurang," kata  Hamid saat diskusi bertajuk, 'Kebebasan. Demokrasi. Kebablasan.' di Gado-Gado Bopolo, Jakarta, Sabtu (25/2/2017).

Hamid mengatakan harusnya Presiden meredam dugaan-dugaan atau informasi yang bertebaran di dunia media sosial.

Menurut Hamid, seluruh dunia memang dikejutkan mengenai arus informasi yang sangat deras yang tidak seorang pun atau lembaga bisa meredam laju arus informasi.

Hamid juga mengingatkan mengenai sejarah Indonesia yang sebelumnya berada dalam situasi yang tidak berdemokrasi selama 40 tahun.

Menurut dia, besarnya arus informasi yang bahkan sudah menjadi 'tergenang' membuat masyarakat 'meledak'.

Berita Rekomendasi

Hamid mengatakan Indonesia saat reformasi bergulir dimana masyarakat mendapat kebebasan, tiba-tiba 'dipersenjatai' internet yang kekuatannya tidak bisa dibendung.

"Bayangin bangsa yang begini besar ditekan tiba-tiba meledak dan tidak sama ledakan itu hampir bersamaan kebebasan yang mendadak tiba-tiba warga di dunia dipersenjai internet. Memang cukup mengejutkan," kata dia.

Jokowi sebelumnya mengatakan, demokrasi yang kebablasan itu membuka peluang artikulasi politik yang ekstrim seperti liberalisme, radikalisme, fundamentalisme, sekterianisme, terorisme, serta ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

"Penyimpangan praktik itu mengambil bentuk nyata seperti kita lihat belakangan ini, politisasi SARA seperti yang disampaikan Pak OSO, saling memaki dan menghujat kalau diteruskan bisa menjurus pada memecah belah bangsa kita," ucap Jokowi.

"Banyak yang bertanya pada saya, apa demokrasi kita keablasan? Saya jawab ya, demokrasi kita sudah kebablasan," kata Jokowi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas