Ikrar Nusa Bakti: Bercita-cita Jadi Pilot Hingga Dilantik Jadi Dubes
Pernah tinggal di Halim, lalu pindah ke Biak, Irian Jaya (Papua). Pada usia delapan tahun, Ikrar harus mengikuti pamannya pindah ke Biak.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI) Ikrar Nusa Bakti dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Duta Besar RI untuk Tunisia. Siapa sebenarnya sosok Ikrar Nusa Bhakti?
Tribun menelusuri jejaknya. Diketahui, gelar sarjana ilmu politik diperolehnya dari FISIP Universitas Indpnesia (UI) dan Ph.D. di bidang Sejarah Politik dari School of Modern Asian Studies, Griffith University Brisbane, Australia. Seperti dikutip dari Laman Tokoh Indonesia, Ikrar tinggal bersama pamannya seorang perwira TNI AU.
Dia pun ikut berpindah-pindah dari tangsi ke tangsi mengikuti beberapa kali perpindahan tugas pamannya. Pernah tinggal di Halim, lalu pindah ke Biak, Irian Jaya (Papua). Pada usia delapan tahun, Ikrar harus mengikuti pamannya pindah ke Biak.
Di sana dia menjalani masa pertumbuhannya (1965-1969) di tengah sering terjadinya konflik antara pendatang dari Sulawesi dan tentara yang sebagian besar berasal dari Jawa dan Sunda, dengan penduduk asli (Papua).
Saat itu, Ikrar kecil yang tinggal di lingkuangan TNI AU, begitu kagum setiap melihat para pilot yang tampil gagah dengan kacamata dan seragamnya. Dalam pikirannya, para pilot pesawat tempur itu pastilah orang-orang terpilih. Maka, semula dia bercita-cita menjadi pilot pesawat tempur.
Tetapi niat itu berubah, ketika Ikrar tidak lagi ikut dengan pamannya, tetapi dengan kakaknya, saat dia menyelesaikan pendidikan SMA di Denpasar. Kakaknya bilang, Ikrar tidak cocok jadi pilot, karena badan kurus dan gigi jelek.
Ketika kuliah di UI, ia aktif dalam berbagai kegiatan gerakan kemahasiswaan dan pers kampus. Tapi Ikrar selalu berusaha untuk meraih prestasi dalam setiap mata kuliah, sehingga dia memeroleh beasiswa. Dia pun terpilih menjadi mahasiswa teladan UI.
Beberapa kontribusi tulisannya telah diterbitkan, antara lain termuat dalam buku-buku Tentara yang Gelisah, Tentara Mendamba Mitra, Bila ABRI Berbisnis, ".Bila ABRI Menghendaki, "Menata Negara, Militer dan Politik Kekerasan Orde Baru (Penerbit Mizan, Bandung); The Fall of Soeharto, Human Security in Asia, serta di jurnal-jurnal ilmiah lainnya.
Minatnya di bidang kajian politik domestik, militer, dan strategis, serta hubungan internasional telah membawanya menjadi peserta aktif dan/atau presenter dalam seminar serta workshop yang diadakan di beberapa negara di kawasan Asia Pasifik.
Komisi I DPR telah selesai menggelar uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap dirinya dan 22 calon duta besar Indonesia.(tribunnews/nicolas manafe/andri malau)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.