Dubes Inggris Moazzam Malik Prihatin Terhadap Kejadian Kapal Caledonian Sky
Saya turut prihatin dengan kerusakan terumbu karang di Papua Barat, sebagaimana jika terjadi kerusakan lingkungan
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Luhut Binsar Pandjaitan, terkait persoalan kapal Caledonian Sky yang menabrak terumbu karang di Raja Ampat, Papua.
Usai pertemuan yang berlangsung di Gedung Kemenkomaritim, Jakarta Pusat, Jumat (17/3/2017), Dubes Inggris itu menyatakan rasa prihatin terhadap kejadian yang merusak terumbu karang itu.
"Saya turut prihatin dengan kerusakan terumbu karang di Papua Barat, sebagaimana jika terjadi kerusakan lingkungan seperti apapun yang terjadi di Indonesia atau di manapun di dunia," ujar Moazzam Malik.
Dubes Inggris juga menyatakan dukungan kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan investigasi guna penanganan kerusakan biota laut tersebut.
"Kami mendukung pemerintah indonesia untuk melakukan investigasi bagaimana menangani masalah kerusakan terumbu karang ini," ujar Moazzam Malik.
"Kami harap masalah ini bisa segera selesai antara pemerintah Indonesia dan perusahaan yang bertanggungjawab atas insiden tersebut," kata Moazzam Malik.
Bahkan jika dibutuhkan dalam investigasi, Moazzam Malik siap berkontribusi.
"Saya katakan ke Pak Luhut, saya siap mendukung jika dibutuhkan dalam proses investigasi," ucap Moazzam Malik.
Tidak hanya Inggris, kejadian tertabraknya terumbu karang oleh kapal Caledonian Sky ikut membawa negara lainnya pasalnya kapal tersebut dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan Swedia, kemudian penjualan tiket tur kapal itu oleh Inggris.
Sedangkan sang nahkoda, Kapten Keith Michael Taylor, adalah warga negara Inggris namun berdomisili di Florida, Amerika Serikat.
Peristiwa kapal pesiar MV Caledonian Sky berpenumpang 102 orang itu menerabas terumbu karang di Raja Ampat pada 4 Maret 2017 lalu.
Kapal yang hendak mengantarkan wisatawan melakukan pengamatan burung di Waigeo itu terjebak di perairan dangkal.
Namun, boat menarik kapal itu pada saat air belum pasang sehingga merusak terumbu karang di bawahnya.
Menurut hasil kajian Conservation International, luas yang mengalami kerusakan mencapai 13.500 meter persegi.