Pendukung Pabrik Semen Kendeng Sebut Pengaruh LSM Sebabkan Sebagian Warga Menolak
"Kita dari warga masyarakat asli Rembang mendukung. Ini mereka yang menolak karena pengaruh LSM dari luar saja,"
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Massa pendukung pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah, menyebut penolakan proyek pembangunan hanya jadi kiasan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki kepentingan tertentu.
Kemudian mereka mempengaruhi warga.
"Kita dari warga masyarakat asli Rembang mendukung. Ini mereka yang menolak karena pengaruh LSM dari luar saja," ujar Wahyudi di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (20/3/2017)
Wahyudi mengaratakan, LSM tersebut juga pernah melakukan penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di Pati, Jawa Tengah.
"Saat ini mau dibuat (pabrik) di Rembang, mereka tolak juga dan mereka mengajak sebagian warga dan remaja di Rembang untuk menolak juga," ujar Wahyudi.
Baca: Empat Petani Kendeng Penolak Pengoperasian Pabrik Semen Temui Kepala Staf Presiden
Baca: Massa Pendukung dan Penolak Pabrik Semen Kendeng Berhadapan di Depan Istana Merdeka
Baca: Sudah Berjalan Delapan Hari, Jokowi Belum Respon Aksi Cor Kaki Petani Kendeng
Aksi tersebut juga diramaikan dengan kehadiran puluhan massa penentang proyek pabrik semen dengan membawa para petani yang bersedia dicor kakinya sebagai bentuk penolakan.
Aksi protes petani Kendeng ini berawal dari inkonsistensi Gubernur Ganjar terhadap putusan Mahkamah Agung (MA) RI, perihal konflik antara warga dengan PT Semen Indonesia.
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), organisasi yang dibangun petani Kendeng, mengajukan peninjauan kembali (PK) atas putusan PTUN Semarang No. 064/G/2015/SMG tertanggal 16 April 2015.
Serta putusan banding PTUN Surabaya No. 135/B/2015/SBY tanggal 3 November 2015.
Upaya PK itu bertujuan untuk membatalkan proyek yang dinilai mengancam keberlangsungan hidup petani di kawasan pegunungan Kendeng.