Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kematian Patmi Tak Surutkan Petani Kendeng Lakukan Aksi Penolakan Pabrik Semen

Wafatnya Patmi (48) tak menyulutkan para petani kendeng untuk melakukan aksi penolakan berdirinya pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Kematian Patmi Tak Surutkan Petani Kendeng Lakukan Aksi Penolakan Pabrik Semen
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah petani dari Pegunungan Kendeng bersama sejumlah aktivis melakukan aksi memasung kaki dengan semen di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/3/2017). Aksi memasung kaki dengan semen yang telah berlangsung 8 hari terus dilakukan Petani Pegunungan Kendeng dan jumlahnya semakin bertambah menjadi 50 orang ditambah 10 aktivis dengan tujuan meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk menghentikan izin lingkungan Pembangunan dan Pertambangan Pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wafatnya Patmi (48) tak menyulutkan para petani kendeng untuk melakukan aksi penolakan berdirinya pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng.

Mokh Sobirin pendamping warga Kendeng penolak pabrik semen mengatakan, para petani Kendeng tetap akan melakukan aksi.

Para petani merasa aktivitasnya terganggu dengan adanya pabrik semen karena dianggap bisa merusak lingkungan sekitar pegunungan.

"Kendeng, sumber air penting di sekitar sawah. Sumber air bisa hilang. Satu upaya untuk kelangsungan kehidupan. Ini bukan konflik lahan, tapi penyelamatan alam," ujar Sobirin di kantor Lembaga Bantuan Hukum, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, (21/3/2017).

Baca: Komisi IV DPR Minta Pemerintah Lakukan Verifikasi Faktual Pabrik Semen Rembang

Baca: Petani Kendeng Bawa Ubi Untuk Jokowi

Berita Rekomendasi

Anggota Yayasan Desantara tersebut menjelaskan, wafatnya Fatmi, justru memperkuat solidaritas antar petani Kendeng untuk tetap melakukan aksi penolakan.

"Ke depan, teman Kendeng akan lakukan banyak hal melalui aksi. Apa yang terjadi tidak akan surutkan langkah, justru kuat dan solidaritas," ujar Sobirin.

Anggota Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Koko mengibaratkan, Patmi sebagai Patma yang berarti salah satu jenis bunga.

"Semoga perjuangan Patmi adalah patma. Semoga ini awal momentum dan muncul dan tumbuhnya bunga-bunga," ujar Koko.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Alghiffari Aqsa mengatakan, kepergian Patmi adalah momentum melanjutkan perjuangan.


Aksi menolak pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng tetap dilanjutkan.

"Kami berkomitmen aksi petani akan tetap dilanjutkan," katanya.

Lanjut dia, ke depan, para aktivis, serikat buruh, NGO, dan organisasi mahasiswa juga akan turun melanjutkan perjuangan Patmi.

"Kami jadikan wafatnya Patmi sebagai simbol perjuangan memperjuangka sumber daya alam," ujar Alghifarri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas