KH Ma'ruf Amin: Banyak Orang Hanya Melihat Makna Jihad Sebagai Perang
Ma'ruf Amin mengatakan, saat ini banyak orang hanya melihat makna jihad sebagai perang.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam sebuah dialog kebangsaan, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin sempat mengomentari fenomena radikalisme dan terorisme yang marak terjadi di Indonesia belakangan ini.
Ma'ruf berpendapat, munculnya kelompok radikal berbasis agama terjadi karena adanya kesalahan dalam memaknai arti dari konsep jihad.
"Saya kira ada distorsi dari pemaknaan jihad itu sendiri," ujar Ma'ruf Amin saat berbicara dalam dialog kebangsaan Muslimat NU dengan tema "Pancasila, Agama dan Negara" di Jakarta, Senin (27/3/2017).
Ma'ruf Amin mengatakan, saat ini banyak orang hanya melihat makna jihad sebagai perang.
Sementara jihad sendiri bisa dimaknai sebagai upaya islah atau perbaikan dalam situasi damai.
Dengan demikian, dalam keadaan damai, jihad dalam Islam tidak bisa diartikan sebagai upaya memerangi orang lain yang berada di luar kelompoknya.
Justru, kata Ma'ruf, umat Muslim di Indonesia harus berjihad dengan membangun hubungan yang harmonis dengan kelompok non-muslim.
"Padahal jihad bisa berarti juga perbaikan dalam situasi damai. Kalau dalam situasi perang ya maknanya perang, tapi ketika dalam situasi damai artinya bukan perang, ada yang artinya perbaikan," kata KH Ma'ruf Amin.
Selain itu, Ma'ruf juga menegaskan, di kalangan para ulama telah muncul kesepakatan bahwa Indonesia bukan wilayah perang, melainkan wilayah damai.
Artinya, tidak relevan jika ada kelompok masyarakat yang memandang bahwa jihad dalam artian perang harus dilakukan di Indonesia.
"Kalangan ulama sudah sepakat, Indonesia bukan wilayah perang, tapi darussalam atau wilayah damai. Negara-negara OKI pun sudah menyepakati harus ada hubungan yang dibangun antara umat muslim dan non muslim, berjanji untuk hidup secara damai," ucapnya.(Kristian Erdianto)