Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA Menerima Anugerah Doktor Honoris Causa dari Fatoni University
Dalam kesempatan penganugerahan Doktor Kehormatan ini, Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA menyampaikan pentingnya framework yang benar
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Pagi, 26 Maret 2017, Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA, menerima anugerah Doktor Honoris Causa dari Fatoni University dalam bidang Dirasat Islamiyah (Studi Islam).
Anugerah ini diberikan bersamaan dengan acara Convocation (Wisuda Mahasiswa) ke 14 Universitas Fatoni yang dalam kesempatan ini dihadiri oleh Anggota Dewan Kurator dari sejumlah Negara Arab.
Diantara mereka; Dr. Abdul Aziz bin Abdullah al-Ammar (Deputy Minister for Islamic Affair), juga Prof. Dr. Khalid bin Abdurrahman al-Ojaime (Academican of al-Imam Mohammed bin Saud Islamic University) serta Prof. Dr. Rasyed H.R Al-Tayyar; Dosen Ushuluddin, al-Imam Muhammad bin Saud Islamic University) ketiganya dari Saudi Arabia.
Hadir pula Dr. Mutlaq al-Qarawi (Mantan Deputy Minister for Awqaf and Islamic Affair) dari Kuwait, serta Dr. Kholifa Jassim al-Kuwari (Adviser to the Minister of Awqaf and Islamic Affair) dari Qatar.
Dalam kesempatan penganugerahan Doktor Kehormatan ini, Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA menyampaikan pentingnya framework yang benar dalam Studi Islam.
Dalam orasi berjudul “Manahij Dirasat al-Islamiyah fi al-Jami’at al-Islamiyah; Tahaddiyat wa al-Mustaqbal) Prof. Amal Fathullah menyebutkan beberapa tantangan penting yang dihadapi oleh framework Studi Islam utamanya tantangan dari dalam yang berupa metode berinteraksi dengan teks dan turats Islam, dan tantangan dari luar yang berupa metode berinteraksi dengan peradaban dan modernisasi Barat.
Tantangan ini dianggap serius karena kegagalan dalam berinteraksi dengan dua hal tersebut –menurut Prof. Amal menghasilkan kejumudan dan ekstrimisme disisi lain menghasilkan penyimpangan dari track orisinilitas.
Maka metodologi studi Islam –menurut Prof. Amal- mesti dibangun diatas smart framework yang mengkombinasikan antara dua metode pembacaan dua ayat-ayat Allah; ayat-ayat Allah yang terlihat dan ayat-ayat Allah yang tertulis, antara orisinalitas dan Kemodernan, jauh dari kejumudan dan liberalism serta jauh dari ekstrimitas dan peleburan.
Turut mendapatkan anugerah dalam kesempatan ini tokoh lain dari Indonesia yang juga alumni Gontor: Prof. Dr. Din Syamsuddin dalam bidang Peradaban Islam, serta satu orang tokoh dari Thailand dalam bidang Dakwah Islam Tuan Guru Ismail Muhammad.
Di akhir orasinya Prof. Amal menandaskan bahwa anugerah yang diperolehnya sejatinya bukanlah untuk dirinya tapi merupakan buah dari usaha Pondok Modern Darussalam Gontor yang telah berumur 90 Tahun serta Universitas Dasussalam Gontor, tempat dimana beliau berdedikasi.