Cerita Budi Waseso soal Tikus yang Hilir Mudik di Gedung Bareskrim Polri
"Pak Presiden minta waktu 10 hari sudah ada perencanaan dan maketnya. Maka saya segera buat itu dan sajikan ke Presiden," kata Buwas.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Narkotika Nasional ( BNN) Budi Waseso alias Buwas mengatakan, dirinya punya alasan kuat untuk mengusulkan perombakan besar-besaran gedung Bareskrim Polri saat masih menjabat sebagai Kepala Bareskrim Polri pada 2015.
Begitu menjabat sebagai Kabareskrim, ia menyadari banyak permasalahan di gedung tersebut.
Anggotanya banyak yang berdesakan bekerja di ruangan yang sempit, bahkan pemeriksaan saksi dan tersangka harus dilakukan bergantian.
Dia membandingkan dengan unit setara Bareskrim di negara lain yang jauh lebih layak dan mumpuni.
"Saya sering terima tamu dari luar negeri. Saya merasa minder dan malu," kata Buwas saat groundbreaking pembangunan Gedung Bareskrim Polri di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (20/4/2017).
Baca: Kecoa Pun Bebas Hilir Mudik dan Berterbangan di Gedung Bareskrim
Ruangan yang laik hanya kantor Kabareskrim dan Wakil Kabareskrim.
Selain gelap dan suram, tak jarang ditemui tikus berkeliaran di sepanjang koridor.
Arsip-arsip bertumpuk di ruangan karena tak ada lagi ruangan khusus untuk menyimpannya.
Struktur bangunannya tak lagi kokoh karena struktur hanya dibangun untuk dua lantai, namun belakangan ada tambahan lagi satu lantai.
Buwas sempat mengadukan kondisi itu kepada Presiden Joko Widodo.
Presiden, kata dia, sempat bertanya separah apa kondisinya.
"Saya bilang, kalau tidak percaya, mungkin nunggu sebentar lagi gedung Bareskrim runtuh," kata Buwas.
Akhirnya, ia melobi Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian yang saat itu menjabat sebagai Asisten Perencanaan dan Anggaran Polri, dan Budi Gunawan yang saat itu menjabat sebagai Wakil Kapolri untuk merombak gedung Bareskrim.
Setelah itu, idenya diajukan ke Presiden.
"Pak Presiden minta waktu 10 hari sudah ada perencanaan dan maketnya. Maka saya segera buat itu dan sajikan ke Presiden," kata Buwas.
Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita