Cara JK Yakinkan Ormas Islam
Berbagai cara dilakukan pemerintah mensosialisasikan capaian kinerja pemerintah.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai macam cara dilakukan oleh pemerintah untuk meyakinkan pihak-pihak tertentu agar capaian program pemerintah berjalan secara lancar.
Hal itu juga yang dilakukan oleh Wakil Presiden, Jusuf Kalla saat meminta tanggapan dari ormas-ormas Islam untuk memajukan dan memundurkan peringatan hari besar keagamaan.
Saat itu, ungkap JK, dirinya menyempatkan makan bersama dengan mendiang Hasyim Muzadi dan Buya Syafii Maarif usai adanya kejadian pemboman di Bali II pada 2005 yang pada saat itu JK menjabat sebagai Wakil Presiden.
"Waktu itu, saya bersama Pak Hasyim dan Buya makan di restoran Jepang, biar kerenan sedikit, dan membicarakan bagaimana ini Bali bisa ramai lagi setelah ada bom," ujar JK di peluncuran buku Takziyah Muhammadiyah untuk Hasyim Muzadi beberapa waktu lalu.
Bukan tanpa alasan, hal itu kemudian dilontarkan oleh JK. Pariwisata Bali yang biasanya terdapat lima ribu wisatawan dalam sehari, saat itu hanya mencapai seribu orang dalam sehari.
Penurunan jumlah wisatawan itu, yang kata JK, harus dicarikan solusinya dan satu diantaranya adalah mengubah jadwal peringatan hari raya keagamaan.
"Saya bilang, bagaimana kalau hari raya kita geser saja? Jadi nanti ada hari liburnya panjang begitu?" ucapnya.
Dia menjabarkan kala itu, jika hari raya jatuh pada hari Selasa, diganti menjadi hari Senin, dan ketika hari raya jatuh pada Kamis, digeser sedikit pada hari Jumat.
"Mereka bilang, tidak mungkin itu," ceritanya.
"Ya sudah, saya bilang lagi, peringatan tetap hari Selasa, tapi yang libur hari Senin. Bagaimana keberatan tidak?" tanya JK kepada Hasyim dan Buya.
"Mereka bilang tidak keberatan, ya sudah, saya pemerintah mau pindahkan liburnya saja, anda jangan protes nanti ya," pungkas Wapres.
Keesokan harinya, ujar JK, dia mengumpulkan seluruh ormas Islam untuk membicarakan hal tersebut. Berbekal "tidak keberatan" dari NU dan Muhammadiyah, JK menceritakan saat itu semua ormas mengikuti saran tersebut.
"Saya bilang, hei ini NU dan Muhammadiyah sudah tidak keberatan. Ormas-ormas yang datang bilang, oh ya sudah kalau berdua itu tidak keberatan," kata Kalla.
"Kalau ke Kyai atau Ustad begitu, saya tidak bilang setuju atau tidak, pasti mereka tidak setuju. Tapi saya bilang keberatan atau tidak, mereka pasti tidak keberatan," ungkap Jk seraya tertawa.
Hal itu kemudian yang hingga saat ini masih dipakai dalam kalender di Indonesia, namun hanya berlaku saat hari raya peringatan seperti Maulid Nabi dan Isra Miraj. Tidak pada ibadah keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
"Kalau ibadah diganti juga, bisa repot nanti pemerintah. Tidak diganti saja, sudah bisa beda-beda jadwalnya," kelakar JK.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.