Jangan Sampai Putusan untuk Ahok Ganggu Persatuan
Semua pihak harus menghargai proses hukum yang dijalani oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, terpidana kasus penistaan agama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semua pihak harus menghargai proses hukum yang dijalani oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, terpidana kasus penistaan agama. Kalaupun ada yang tidak terima, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi mengimbau aspirasi tersebut disalurkan melalui jalan yang patut.
"Semua pihak harus menghormati keputusan hakim dan percaya kepada mekanisme hukum yang berlaku di negara kita. Begitu juga semua pihak harus menghormati proses hukum yang sekarang sedang berjalan yaitu langkah hukum yang sedang ditempuh oleh Ahok untuk mengajukan banding," ujarnya dalam siaran pers yang dikutip Tribunnews, Senin (15/5/2017).
Ahok diputus bersalah oleh pengadilan negeri, karena pernyataannya tentang surat Al Maidah pada September 2016 lalu. Ia dianggap melanggar pasal 156a, dan divonis dua tahun penjara. Para pendukung Ahok lalu menggelar aksi di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang tempat Ahok ditahan. Mereka sempat menutup jalan.
Saat ini Ahok sudah dipindah ke Mako Brimob. Para pendukung Ahok juga sempat menggelar aksi di depan Mako Brimob. Selain itu para pendukung Gubernur DKI Jakarta nonaktiv itu juga digelar di depan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, di mana polisi akhirnya membubarkan mereka dengan cara kekerasan. Mereka menuntut penangguhan penahanan Ahok dikabulkan.
Zainut Tauhid Sa'adi mengaku khawatir, bahwa aksi dan aspirasi dari berbagai kubu pascaputusan Ahok, dapat mengganggu persatuan Indonesia. Ia berharap semua pihak bisa menahan diri, dan kalaupun hendak menyampaikan protes kepada negara, hal itu dilakukan melalui jalan yang diatur oleh undang-undang.
"Semua pihak hendaknya dapat menahan diri untuk tidak semakin memperkeruh suasana. Memohon kepada seluruh elemen masyarakat untuk lebih arif dalam menyikapi situasi seperti ini, jangan mudah terprovokasi dengan hasutan, fitnah dan ajakan jahat oleh siapa pun," ujarnya.
"Jangan karena alasan ingin memerjuangkan NKRI justru persaudaraan kita sebagai bangsa tercederai. Jangan pula karena alasan ingin memerjuangkan kebhinnekaan tapi justru wajah bangsa kita semakin retak terbelah," katanya.