Menaker Tekankan Bahwa SDM Indonesia Harus Memiliki Karakter Kuat
Ada hal lain yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi manusia kompeten, yakni karakter yang kuat.
Editor: Content Writer
Kompetensi adalah kunci dalam tolok ukur daya saing masyarakat di dunia kerja. Namun begitu, ada hal lain yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi manusia kompeten, yakni karakter yang kuat.
Hal ini ditekankan Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) M. Hanif Dhakiri saat menghadiri acara Khaul Masyayikh KH. Soleh dan KH Ridwan, Akhirussanah, dan Khotmil Quran di Pondok Pesantren Edi Mancoro Semarang pada Hari Sabtu (13/5/2017).
"Nah itu salah satu arti penting pesantren di dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia berkarakter kuat di Indonesia," ujar Menaker.
Menurutnya, manusia kompetitif saat ini harus memiliki 2 hal utama. Yakni soft skill yang meliputi karakter, budi pekerti, etos kerja dan sebagainya. Serta hard skill yang mencakup keterampilan dan sertifikasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Dalam hal ini, pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia memiliki peran penting untuk memperkuat karakter kebangsaan SDM Indonesia.
"Pesantren sendiri ini punya keunggulan yang namanya karakter. Karakter itulah yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga pendidikan di tempat lain," urainya.
Pada kesempatan tersebut, Menaker juga mengajak masyarakat Indonesia untuk memelihara harapan dan optimisme dalam pembangunan bangsa. Menurutnya, selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah mencapai beberapa kemajuan.
Diantaranya adalah menurunnya ketimpangan sosial. Hal ini bisa dilihat dari gini ratio tahun 2016 sebesar 0,397 yang mengalami penurunan dari tahun 2015 sebesar 0,402. Kemudian penduduk miskin tahun 2016 (per September) turun menjadi 27,76 juta jiwa (10,70 persen) dari pada periode yang sama tahun 2015 sebesar 28,51 juta jiwa (11,22 persen).
Angka penganguran di Indonesia juga mengalami penurunan, dimana angka pengangguran di Indonesia pada 2016 sebesar 7,02 juta orang (5,5 persen dari total penduduk) yang mana lebih rendah jika dibanding dengan tahun 2015 yang mencapai 7,45 juta orang (sekitar 5,81 persen).
Menurut Menaker, capain ini belum sepenuhnya memuaskan. Tetapi dengan adanya optimisme dan dukungan masyarakat, kedepan pembangunan nasional akan dapat menjadi lebih baik.
"Nah, memelihara harapan, memelihara optimisme itu penting agar kita bisa menjadi bangsa yang maju. Dan itu membutuhkan dukungan dari masyarakat semuanya," paparnya. (*)