Taufik: PMII Salah Satu Pilar Penjaga Kerukunan dan Kedamaian di Nusantara
Pak Jokowi itu dalam sambutan bilang PMII harus menjaga persatuan, dan saya tegaskan Urusan persatuan,kerukunan beragama di tubuh PMII
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon ketua umum Pergerkan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Taufik Nurrohim, mengatakan kerukunan beragama, toleransi antara sesama di tubuh PMII sudah final dengan sanad tersambung dari setiap angkatan ke angkatan.
"Pak Jokowi dalam sambutan bilang PMII harus menjaga persatuan, dan saya tegaskan urusan persatuan,kerukunan beragama di tubuh PMII itu sudah selasai, karena tugas kita atau adanya PMII itu adalah menjaga keutuhan NKRI dari rongrongan luar maupun kekuatan transnasional, dan yang paling penting bisa menjaga kesatuan" ujar Taufik, di sela-sela pembukan Kongres PB PMII Selasa,(16/5/2017).
Kerukunan beragama dan toleransi itu kata Taufik di tubuh PMII sudah jelas Bahwa Islam itu adalah Rahmatan lil 'alamin sesuai ayat Al-Quran "Wama Arsalnaak Illa Rahmatan Lilalamin, Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam) (QS. Al-Anbiya’ : lO7), " Taufik melanjutkan di Ayat al-Quran tersebut terdapat kalimat khobariah bima'na amar.
"Artinya bahwa Nabi Muhammad SWA dengan seluruh umatnya termasuk PMII di dalamnya diperintahkan untuk menjaga kerukunan antar umat" katanya.
Lebih lanjut Taufik menjelaskan bahwa hubungan yang dibangun oleh Rasulullah S.A.W di negara Madinah Almunawwaroh tidak sekedar hanya sesama umat Islam, melainkan dengan seluruh elemen, lintas suku, ras, agama budaya dan entitas bangsa lainnya yang diwujudkan dalam Piagam Madinah yang lebih menjadi Kalimatun Sawa atau pemersatu bangsa Madinah.
Begitupun dengan sistem pemerintahan, tidak ada sistem pemerintahan yang baku yang ditetapkan Rasulullah S.A.W. meski hukum dasar memilih pemimpin itu wajib, sebagaimana qaidah ushuliyah; Nashbul Imam Wajibatun.
Hal itu, kata Taufik yang merupakan Alumni Ponpes Cipasung terbukti bahwa mekanisme pemilihan dari khalifah ke khalifah yang lain tidak ada mekanisme yang sama, misal dari Rasulullah ke Abu Bakar." beliau (Rasullah) tidak menunjuk, tidak berwasiat siapa yang harus menjadi kholifah sepeninggalnya, sehingga sempat terjadi sedikit perselisihan antara Golongan Ansor dan Golongan Muhajirin.
Dimana pada waktu itu Ansor mengklaim golongannya lebih layak menjadi Khalifah karena Islam berkembang di Madinah, begitupun Muhajirin mereka merasa bahwa pengorbanan, kesetiaan dan loyalitas mereka menjadi modal dasar majunya Islam di Madinah, dimana mereka rela meningalkan harta benda dan keluarga di Mekkah demi perjuangan suci perjalanan hijrah.
Maka hanya pertimbangan spiritualitaslah Abu Bakar menjadi sosok pengganti kepemimpinan Rosulllah S.A.W yang diterima oleh semua pihak baik golongan Ansor maupun golongan Muhajirin. Berbeda halnya dengan mekanisme pemilihan Khalifah yang lainnya.
"Kisah itu bisa dilihat di dalam kitab siroh Nabawiah Ibnu Hisyam dan ahkamu Sulthoniyah Syaikhul Imam al- Mawardi." Papar Taufik.
Dengan demikian tambah Taufik bahwa gejolaknya NKRI akhir-akhir ini dengan sempat munculnya berbagai gelombang aksi mesti menjadi bahan refleksi bagi seluruh kader PMII dalam menyikapi hal tersebut dengan tindakan nyata." Artinya ke depan PMII harus terus bisa menterjemahkan nilai-nilainya dalam kerangka gerak Rahmatan lil 'alamin " pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.