Tak Hanya Perkuat Karakter Siswa, 8 Jam Belajar juga Untungkan Madrasah Diniyah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) segera menerapkan kebijakan 8 Jam Belajar belajar dengan 5 Hari Sekolah di tahun ajaran 2017/2018.
Editor: Content Writer
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) segera menerapkan kebijakan 8 Jam Belajar belajar dengan 5 Hari Sekolah di tahun ajaran 2017/2018.
Kebijakan ini merupakan implementasi dari program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang menitik beratkan lima nilai utama, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas.
"Peraturan terkait hal tersebut segera diterbitkan dan segera kita sosialisasikan," ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy di kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin (12/6/2017).
Dijelaskannya, penguatan karakter tersebut tidak berarti siswa akan belajar selama 8 Jam Belajar di kelas.
Namun, siswa akan didorong melakukan aktivitas yang menumbuhkan budi pekerti serta keterampilan abad 21.
Tak hanya di sekolah, lingkungan seperti surau, masjid, gereja, pura, lapangan sepak bola, museum, taman budaya, sanggar seni, dan tempat-tempat lainnya dapat menjadi sumber belajar.
“Proporsinya lebih banyak ke pembentukan karakter, sekitar 70 persen dan pengetahuan 30 persen,” terang Muhadjir.
Untuk itu kegiatan guru ceramah di kelas harus dikurangi digantikan dengan aktivitas positif, termasuk mengikuti madrasah diniyah, bagi siswa muslim.
Guru wajib mengetahui dan memastikan di mana dan bagaimana siswanya mengikuti pelajaran agama sebagai bagian dari penguatan nilai religiusitas.
Guru wajib memantau siswanya agar terhindar dari pengajaran sesat atau yang mengarah kepada intoleransi.
Kekhawatiran sebagian pihak jika 8 Jam Belajar belajar di sekolah dapat menggerus adanya madrasah diniyah dinilai Muhadjir kurang tepat.
Justru dengan semakin banyak waktu siswa belajar, maka sekolah diniyah dapat diintegrasikan dengan pembentukan karakter.
Madrasah diniyah justru diuntungkan karena akan dijadikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat bersinergi dengan sekolah dalam menguatkan nilai karakter religius.
"Jangan dibayangkan siswa akan berada di kelas sepanjang hari. Nantinya guru akan mendorong siswa untuk belajar dengan berbagai metode seperti role playing, proyek; dan dari bermacam-macam sumber belajar, bisa dari seniman, petani, ustadz, pendeta. Banyak sumber yang bisa terlibat, tetapi guru harus tetap bertanggung jawab pada aktivitas siswanya,” ujar Muhadjir.