Harta Tak kan Habis Itu Bernama Keluarga
Harta yang dicari tak akan pernah ada habisnya. Menghabiskan jam demi jam di kantoran, pabrik, maupun di jalanan.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –Harta yang dicari tak akan pernah ada habisnya. Menghabiskan jam demi jam di kantoran, pabrik, maupun di jalanan.
Uang memang perlu dicari agar berlangsungnya hari.
Bagi yang telah berkeluarga, ada motivasi lebih giat untuk bekerja.
Bahagiakan istri dan anak tercinta.
Tak perlu dikisahkan perjuangan seorang ayah maupun suami untuk keluarga.
Tentu keras. Mudik dan Lebaran tentu identik.
Setahun mencari harta, sebulan penuh untuk keluarga.
Ibaratnya, menabung setahun untuk mudik dan lebaran di kampung.
Berkorban untuk membahagiakan orang tercinta namanya.
Bagaimana pun, yang nama kebahagiaan selalu ada pada orang yang tulus dan ikhlas.
Berjuang lalu berbagi lah.
Mudik menjadi momentum, keluarga adalah segalanya.
Keluh kesah, dan lelah, terbayar saat melihat senyuman istri, anak, anggota keluarga lain berkumpul di hari fitri.
Semoga kita selalu diberikan kesehatan untuk dapat saling membahagiakan dan berbagi.
Di tengah ramainya, hiruk pikuk di Stasiun Besar Gambir, Verman bersama 3 anak, adik, ibunya, serta suami, terduduk di sudut.
Menunggu jadwal bis Damri menuju Tanggamus Lampung, yang akan berangkat pukul 20.00 WIB.
Raut wajahnya lelah, tak tampak sisa make up di wajah ibu tiga orang anak ini.
Ia dan keluarganya akan berangkat menuju Tanggamus Lampung, menggunakan bis Damri dari Stasiun Besar Gambir.
Diceritakan oleh Verman, suaminya menabung untuk bisa mudik.
Habis mudik uang tabungan habis, kemudian kembali menabung untuk tahun depan.
Sambil tersenyum ia bercerita seminggu ke depan berada di Tanggamus Lampung, kampung halaman yang sudah ia tinggalkan sejak 20 tahun lalu.
Meski mudik setiap Lebaran, suaminya berusaha menyisihkan uang untuk biaya mudik pulang pergi, oleh-oleh, dan keperluan di kampung nanti.
Tak terbayang rasanya 12 jam dari saat ini, Verman sekeluarga bertemu dengan keluarga lainnya di Tanggamus Lampung.
Bahagia tentu, perjuangan suami dari setahun lalu (2016) terwujud.
Sudah kah kita membahagikan orang lain hari ini,? Atau masih berjuang demi harta yang tak pernah habis bernama keluarga?
Selamat, bahagia selalu ada di setiap langkah seorang pejuang keluarga. (*)