Rektor Gunadarma Sebut yang Dilakukan Mahasiswanya Sekedar Bergurau dan Menggoda
Yang harus dipetik adalah membangkitkan kepedulian terhadap anak berkebutuhan khusus dan itu menjadi konsen semua pihak.
Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Bali I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Jagad dunia maya dihebohkan dengan kasus bullying terhadap seorang mahasiswa berkebutuhan khusus di Universitas ternam, Gunadharma Jakarta.
Heboh jagad dunia maya itu, didokumentasikan dalam sebuah video berdurasi 1 menit 30 detik. Lantas, video juga telah ditonton sekitar 138 ribu lebih kali.
Menanggapi hal ini, Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM menyatakan, sepertinya apa yang dilakukan oleh mahasiswanya itu adalah sekedar bergurau dan menggoda.
Ada tiga pelaku yang melakukan hal itu dan anak yang disebut dalam video itu, normal, bukan berkebutuhan khusus. Atas hal ini, keluarga tidak terima anaknya disebut seperti itu.
"Mahasiswa kami tidak autis. Mungkin sepertinya fotonya agak autis. Tapi dia itu lolos tes kesehatan dan anti-narkoba. Bahkan, IPK nya 3,07. Satu di antara tiga yang menggoda pun ada yang kalah IPKnya," ucap Margianti saat berada di STMIK Primakara Denpasar Bali, Selasa (18/7/2017) kepada awak media.
Dengan hal itu, pihaknya mengaku bahwa human interest di masyarakat Indonesia cukup tinggi.
Artinya, masyarakat sangat melindungi orang berkebutuhan khusus.
Kemensos sudah mengirimkan Dirjen untuk menangani kasus ini.
"Pihak keluarga menyerahkan pada kampus, supaya mengurus dengan baik. Dan keluarga tidak mau melakukan penuntutan hingga berujung kriminal. Karena memang itu sekedar bercandaan antara teman-teman sendiri. Tapi yang perlu diketahui, bahwa cukup besar empati masyarakat terhadap orang berkebutuhan khusus, dan ini baik," ungkapnya.
"Tapi kasus kemarin, memang murni bercanda. Dan mahasiswa kami bukan berkebutuhan khusus," imbuh Margianti.
Dalam hal ini, memang pihaknya belum menyeluruh mengetahui mengenai perkembangan dari mahasiswa yang bersangkutan karena masih di semester pertama.
Tapi, pihaknya memang ada sistem monitoring, atau portofolio, rekaman bagaimana seorang mahasiswa di dalam kampus. Kegiatan belajarnya.
"Kalau dia belum ada, karena semester satu. Tapi kami ada sistem record dan monitoring terhadap mahasiswa," tegasnya.
Margianti mengungkapkan, dengan hal ini, maka yang harus dipetik adalah membangkitkan kepedulian terhadap anak berkebutuhan khusus dan itu menjadi konsen semua pihak.
Semua yang terlibat akan dikenai sanksi oleh pihak kampus.
"Pastinya ada hukuman, ya, atas perbuatan itu. Dari yang mengambil video dan orang yang melakukan," bebernya. (ang)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.