Arist Merdeka Sirait: Anak Harus Dilindungi dari Paham Radikal dan Nilai Kebencian
Salah satu masalah utama yang saat ini sangat mengerikan adalah penanaman paham-paham radikal kepada anak.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Salah satu masalah utama yang saat ini sangat mengerikan adalah penanaman paham-paham radikal kepada anak. Maka, tak heran jika jumlah radikalisme di kalanan anak-anak remaja cukup banyak.
"Anak-anak harus dihindarkan dari paham yang menebarkan kebencian, menjadikan kekerasan sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah, baik rumah maupun di ruang publik," ujar Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeja Sirait, di sela acara Peringatan Hari Anak Nasional 2017, yang dilaksanakan Persatuan Istri Anggota (PIA) DPR di Gedung Pustakaloka, Komplek DPR/MPR, Senayan, Jakarta (Rabu, 26/7/2017).
Persoalan lain juga adalah, sambung Sirait, kejahatan seksual yang meningkat. Karena mereka sejak ini mendapat penanaman nilai-nilai untuk melakukan kekerasan.
"Maka, kita harus menanamkan nilai-nilai sehingga anak-anak bisa mempertahankan diri dari ajakan-ajak radikalisme, ujaran kebencian, persekusi atau kekerasan," kata Arist.
Arist berharap semua pihak saling bekerjsama. Sehingga anak-anak merasa nyaman di lingkungan sekolah maupun ruang publik lainnya. Semua kementerian, lanjutya, harus menjalin kerja sama sebab melindungi anak harus lintas sekotoral.
Hal senada disampaikan anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan yang punya kosentrasi khusus terhadap pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, Eva Kusuma Sundari.
Menurut Eva, saat ini ada tiga tantangan terkait dengan perlindungan anak. "Pertama adalah radikalisme, anak-anak sudah diajarkan untuk membenci anak-anak yang berbeda," kata Eva.
Tantangan kedua, sambung Eva, adalah bahaya narkoba dan pornografi. Sementara tantangan ketiga adalah perilaku kekerasan, baik verbal maupun fisik.
Ketua panitia acara, Shinta Sirait, menjelaskan, posisi keluarga sangat penting dalam mendidik anak. Posisi ayah dan ibu bagi anak ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan.
Keduanya, menurutnya sangat berperan, baik dalam menopang ekonomi keluarga maupun dalam rangka mengasuh anak.
Shinta menilai ada banyak faktor di balik bullying anak-anak maupun tindakan kekerasan lainnya. Di antaranya karena kondisi ekonomi.
Karena itu Shinta mengajak semua pihak untuk saling kerja sama dalam memajukan anak-anak Indonesia. Semua pihak juga harus memberikan perlindungan kepada anak-anak Indonesia dari semua tindakan bullying atau kekerasan, baik verbal maupun fisik.
Di saat yang sama, semua pihak juga harus saling bekerjsama membantu anak-anak yang putus sekolah.
"Kita harus memberikan perhatian dan perlindungan anak demi masa depan bangsa," ungkap Sinta.
Di masa-masa mendatang, Shinta Sirait, berharap warga Indoesia bisa menyaksikan anak-anak Indonesia yang penuh senyuman dan penuh keceriaan.
Karena itu semua pihak juga harus saling bergandengan tangan untuk meringankan beban keluarga dan anak-anak yang masih membutuhkan. "Dengan melihat anak-anak tersenyum, maka kita juga akan terseyum bahagia," harap Shinta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.