Cerita Calon Paskibaraka Nasional soal Makanan Favorit di Asrama
"Ada beberapa pakaian yang dicuci sendiri dan selebihnya di laundry, di rumahkan terbiasa ada mesin cuci," kata Ghaizza Dwi Pramesti sambil tertawa.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Ghaizza Dwi Pramesti, siswi SMA N 1 Sungailiat yang merupakan calon Paskibraka Nasional Tahun 2017 asal Provinsi Bangka Belitung menceritakan senangnya tinggal di asrama.
Dia mengaku rindu makan telur diberi kecap.
Mau tidak mau dia juga harus mencuci bajunya sendiri.
Makanan favoritnya adalah telur diberi kecap saat berada di rumah.
"Di sini (Wisma PP - PON) makanan aggak terbatas, karena tidak boleh nambah - nambah. Lagian tidak boleh jajan juga di luar," kata Ghaizza Dwi Pramesti.
Meski tidak boleh membeli makanan dari luar, menurutnya tetap saja makanan di Wisma PP - PON enak - enak, terutama lauk yang disajikan seperti ayam, daging, maupun telur.
"Saya (Ghaizza Dwi Pramesti) tidak suka sayur, tapi selama makan di Wisma dipaksa makan, kadang sering tidak habis juga, ditutupi tisu, biar tidak terlihat," tambah Ghaizza.
Selain, rindu makanan favoritnya Ghaizza juga harus mencuci pakaian sendiri.
"Ada beberapa pakaian yang dicuci sendiri dan selebihnya di laundry, di rumah kan terbiasa ada mesin cuci," kata Ghaizza Dwi Pramesti sambil tertawa.
Selama memasuki 3 hari di asrama Pendidikan dan Pelatihan Calon Paskibraka Tahun 2017, Ghaizza juga merindukan ibunya.Utang Pemerintah Naik Rp 1.097,74 Triliun, Thomas Lembong: Yang Mengkritik Itu Konyol https://t.co/aOUXkuEJt1 via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 28, 2017
Ia selalu mengingat sosok ibunya.
"Saya (Ghaizza Dwi Pramesti) rasanya ingin peluk mama kalau ada di sini (Wisma PP - PON)," kata perempuan berjilbab ini.
Selama 3 hari di asrama menjalani pendidikan dan pelatihan calon Paskibraka Nasional Tahun 2017, Ghizza Dwi Pramesti banyak mengenal budaya dan bahasa Provinsi lain yang ada di Indonesia.
Ia mengatakan kesenangan lain beradi di Asrama PP - PON, dapat mempelajari bahasa dari Provinsi lain.
Ia juga tidak pernah mengeluh tentang pelatihan fisik yang harus dijalani bersama peserta lain selama 1 bulan ke depan, berpanas - panasan atau kegiatan yang harus menuntut kedisiplinan.
"Kesal sih tidak, hukuman yang diberikan adalah kesalahan peserta sendiri dan menjadi konsekuensi yang wajib dijalani," kata Ghaizza yang ditemui Tribunnews.com, seusai melaksanakan latihan fisik di hari keempat, Jumat (28/7).