Pengamat: Manuver Fraksi Gerindra dan PAN Bikin Kempes Pansus Angket KPK di DPR
"Bagi publik, langkah Gerindra dan PAN mengonfirmasi keraguan yang muncul sejak awal pembentukan Pansus tersebut."
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Formappi Lucius Karus melihat kegarangan Pansus Angket KPK akan berkurang dengan munculnya sikap Gerindra dan PAN. Gerindra telah menyatakan menarik diri dan PAN mengevaluasi keberadaan di Pansus Angket KPK.
"Bagi publik, langkah Fraksi Gerindra dan PAN mengonfirmasi keraguan yang muncul sejak awal pembentukan Pansus tersebut. Dugaan umum bahwa Pansus ini akan melemahkan KPK dikonfirmasi melalui PAN yang menjadi bagian dari Pansus selama ini," kata Lucius melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Jumat (28/7/2017).
Lucius melihat lima fraksi yang tersisa sulit membungkus niat yang tulus untuk bekerja dalam Pansus Angket KPK. Tentu saja, kata Lucius, PAN yang selama ini ikut berproses di Pansus sadar betul ketika mengatakan adanya kecenderungan Pansus untuk melemahkan KPK.
Kecenderungan Pansus ingin melemahkan KPK bukan tanpa alasan. Sesuai dengan munculnya keinginan menggunakan hak angket, ujar Lucius, Pansus ini sesungguhnya merupakan respons DPR terhadap proses penyelidikkan mega skandal e-KTP.
"Ini juga mestinya tak perlu dibantah lagi, karena sulit untuk membantah bahwa ketakutan DPR adalah terbongkarnya keterlibatan mereka dalam e-KTP," kata Lucius.
Lucius mengungkapkan keluarnya Gerindra dan juga ancaman PAN sudah menelanjangi aneka pembenaran Pansus selama ini.
Menurut Lucius, mengakui itu semua mungkin akan membantu DPR tetap punya wibawa ketimbang pura-pura galak padahal sesungguhnya hanya kedok untuk menyembunyikan ketakutan dan rasa malu karena gagal menggapai misi melalui Pansus ini.
"Kritik terhadap Pansus ini tak serta merta mendukung sikap Gerindra dan juga PAN yang seperti sedang "merajuk" bak anak kecil yang tidak dipenuhi permintaannya oleh orang tua," imbuh Lucius.
Lucius menilai keputusan berani kedua fraksi tersebut tak lepas dari dinamika politik sejak paripurna RUU Pemilu beberapa hari yang lalu.
Kekecewaan atas keputusan RUU Pemilu dinyatakan Gerindra dan PAN serta PKS dan Demokrat melalui aksi walk out. Protes berlanjut terus hingga di Pansus Angket.
"Gerindra dan PAN yang merasa 'kalah' dalam pengambilan keputusan akhir RUU Pemilu coba mencari balasan setimpal. Dan itulah yang terjadi, keduanya mulai berseberangan dengan Pansus Angket KPK," tutur Lucius.
Ia melihat Pansus Angket hanya tersisa sebagai alat politik semata, baik fraksi yang bertahan di Pansus maupun Gerindra dan PAN sama-sama mmempolitisasi Pansus untuk kepentingan masing-masing.
"Kepentingan itu hanya politik semata, sama sekali bukan soal penguatan KPK sebagaimana diulang-ulang anggota Pansus," katanya.