Kisah Terowongan Cinta di Istana Kepresidenan Tampaksiring
Untuk memasukinya, masyarakat dapat melewati pintu yang berada di gapura utara pagar luar Istana.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
Dengan adanya terowongan ini, masyarakat sekitar Istana pun dapat dengan leluasa bersembahyang dan mengambil air di Pura Tirta Empul.
Untuk memasukinya, masyarakat dapat melewati pintu yang berada di gapura utara pagar luar Istana.
Di dalam terowongan, terdapat beberapa teralis besi pada langit-langitnya agar sinar matahari dapat masuk dan memberikan penerangan.
Selain itu, dipasang juga lampu-lampu di beberapa titik untuk membantu penerangan dalam terowongan, terutama saat malam hari.
Di penghujung terowongan, terdapat sebuah jalan setapak dan anak tangga yang melewati bawah Jembatan Persahabatan.
Jembatan ini dikenal yang paling ikonik dari Istana Tampaksiring.
Sebelum adanya terowongan ini, jalur bukit di atasnya merupakan satu-satunya jalan yang ditempuh masyarakat jika hendak ke Pura Tirta Empul.
Mereka harus melewati jalan setapak yang ada di dalam areal Istana.
Jalan itu dibatasi dengan pagar dan letaknya tepat di atas terowongan yang ada sekarang. Setelah itu, turun lagi ke jalan setapak yang ada di bawah Jembatan Persahabatan.
Namun, perjalanan tersebut pun seringkali terganggu, terutama saat diadakannya acara kenegaraan atau acara resmi lainnya di Istana.
Akhirnya, saat Gedung Konferensi tengah dibangun, dibuatlah sekaligus terowongan ini di sebelahnya.
Dengan demikian, aktivitas masyarakat dapat terus berjalan. Selain itu, keamanan Istana pun lebih terjaga.
Meskipun Pura Tirta Empul berada di areal Istana, masyarakat sekitar tetap diperbolehkan untuk mengaksesnya secara bebas.
Pembangunan terowongan yang menghubungkan pun membuatnya disebut sebagai salah satu bentuk kearifan lokal.