Hatta Rajasa Nilai Sudah Saatnya Umat Islam Hidupkan Tradisi Keilmuan
Hatta menyebut bangsa Indonesia setidaknya juga perlu bersyukur, umat islam masih dapat menjalankan kehidupan yang jauh lebih baik.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Mantan Menko Perekonomian Hatta Rajasa menilai, sudah saatnya umat Islam kembali menghidupkan tradisi keilmuan.
Menteri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut mengatakan menumbuhkan intelektual Islam, merupakan kunci agar Islam bangkit memberikan sumbangan bagi tatanan dunia baru yang lebih adil, harmonis dan damai.
"Kuncinya adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak ada jalan pintas, selain kembali kepada alquran dan assunah, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar Hatta Rajasa saat menjadi khatib Salat Jumat di Masjid Salman ITB, Bandung, Jumat (11/8/2017).
Hatta menjelaskan, ada tiga fakta pergerakan keilmuan dalam masyarakat yang pada gilirannya melahirkan para ilmuwan islam yang memberikan sumbangsih besar dalam inovasi di berbagai bidang.
Pertama, menjamurnya perpustakaan umum (library) di Baghdad, Cordoba, Sevilla, Kairo, Quds, Damascuss, Tripoli, Madinah, Yaman dan Wakas.
"Ironisnya sebagian kota-kota tersebut saat ini dalam kondisi yang menyedihkan, kalau tidak ingin dikatakan luluh-lantak," ujar mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional tersebut.
Kedua, lanjutnya, yakni menjamurnya majelis-majelis ilmu (lembaga penelitian) yang merangsang masyarakat umum untuk berdialog, berdiskusi, meneliti yang pada gilirannya dapat melahirkan penemuan-penemuan baru.
"Yang ketiga, menjadikan infak untuk ilmu, sebagai sedekah dan sarana mendekatkan diri pada Allah," tegasnya.
Hatta yang juga alumnus Insitut Teknologi Bandung (ITB) tersebut menambahkan, secara geopolitik dan ekonomi, umat Islam dapat melihat dan merasakan peran umat Islam dalam tatanan global tengah mendapatkan tekanan dan ujian yang berat.
Di kawasan Timur Tengah (middle east) dan sebagian Afrika, misalnya, dapat dikatakan sebagai kawasan yang tidak stabil, perang dan penuh ketidakpastian.
Di Irak, Syria, Libya, Palestina, Afghanistan dan Yaman, umat Islam hidup dalam situasi yang amat menyedihkan. Kehancuran hampir terjadi setiap hari.
"Kehidupan umat islam yang merupakan minoritas di negara-negara tertentu pun mengalami tekanan yang tidak ringan, seperti yang dialami saudara-saudara kita di Rohingya, Myanmar," ujar Hatta.
Untuk itu, Hatta menyebut bangsa Indonesia setidaknya juga perlu bersyukur, umat islam masih dapat menjalankan kehidupan yang jauh lebih baik.
Atas fakta itu pula, lanjutnya, sudah menjadi kemestian bahwa bangsa Indonesia, khususnya muslim, ikut ambil bagian dalam memajukan Islam di tingkat global.
"Kunci kemajuan islam pada masa itu karena diletakkannya alquran dan as-sunnah sebagai fondasi (fundamental) yang mengatur kehidupan masyarakat," ujarnya.
Berkembang pesatnya peradaban Islam, tentu juga tidak terlepas karena tradisi keilmuan (intelektual) yang sejatinya melembaga dalam Alquran. Allah SWT menciptakan manusia ke muka bumi sebagai khalifah untuk memakmurkan alam semesta.
"Tidak mungkin kita bisa melaksanakan tugas-tugas tersebut tanpa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). inilah yang menjadi ciri utama dari masyarakat islam abad pertengahan, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan," ujar Hatta. (*)